BEI targetkan 78 pencatatan efek di 2020, masih ada 30 perusahaan dalam pipeline IPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) memasang target 78 pencatatan efek pada tahun 2020, terdiri dari pencatatan saham, obligasi, ETF (exchange traded fund, EBA (efek beragun aset), DIRE (dana investasi real estate), dan DINFRA (Dana Investasi Infrastruktur). Jumlah tersebut naik dari target tahun ini yang sebanyak 75 pencatatan efek.

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan, per Jumat (20/12), BEI telah mencapai target tahun 2019 bersamaan dengan pencatatan saham PT Unicharm Indonesia Tbk (UCID).

Baca Juga: Strategi BEI dan KSEI untuk kejar target 3,25 juta investor pada 2020


Akan tetapi, BEI gagal mencapai target pencatatan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) yang diharapkan bisa lebih dari realisasi 2018 yang sebanyak 57 perusahaan. Per Senin (23/12), jumlah IPO sepanjang 2019 hanya sebanyak 55 perusahaan.

Oleh karena itu, untuk 2020, BEI tetap menargetkan bisa mencatatkan IPO 57 perusahaan. "Kami pengennya di angka yang kurang lebih sama, yakni 57 perusahaan," kata Hasan kepada Kontan.co.id, Jumat (20/12).

Ia berharap, perusahaan yang tercatat berasal dari skala kecil, menengah, dan besar. "Artinya, BEI dapat menjadi sarana pendanaan untuk semua segmen tersebut," kata dia.

Menurut Hasan, pada tahun 2020, sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) dan anak cucu BUMN juga mulai melihat pentingnya mencatatkan diri di bursa saham.

Pasalnya, IPO bukan hanya dapat menjadi sarana untuk menggalang dana, tetapi juga meningkatkan transparansi dan tata kelola perusahaan tersebut. Sayangnya, ia enggan menyebutkan identitas BUMN yang berminat untuk melaksanakan IPO.

Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, di dalam pipeline IPO, masih ada 30 perusahaan lagi yang akan mencatatkan sahamnya di BEI. Akan tetapi, dua perusahaan mengajukan pembatasan informasi.

Baca Juga: Sepanjang 2019, ada 51 emiten IPO dengan nilai emisi lebih dari Rp 13 triliun

Dari 28 perusahaan tersebut, 12 perusahaan berasal dari sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan.

Kemudian, delapan perusahaan dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi, empat perusahaan dari consumer goods industry, dua perusahaan dari sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi, satu perusahaan dari sektor keuangan, dan satu perusahaan dari sektor agrikultur.

Editor: Yudho Winarto