Berapa lama long Covid-19 terjadi dan bagaimana cara mengatasinya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian orang yang sudah terinfeksi Covid-19 masih mengalami gejala pada tubuhnya. Gejala pasca Covid-19 atau long covid ditandai sebagai suatu kondisi yang menimpa penyintas Covid-19 dengan gejala infeksi virus yang menetap selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. 

Long covid dapat membuat penyintas Covid-19 menderita sejumlah gejala yang membingungkan dan berlangsung cukup lama setelah hasil pengujian negatif untuk infeksi. 

Pemulihan Covid-19 pada umumnya berlangsung sekitar 14-21 hari, jika seseorang terus menunjukkan gejala selama lebih dari 4-5 minggu, maka itu tanda utama dia mengalami long covid. 


Meskipun belum ada hubungan konklusif mengenai apa yang membuat mereka mengalami long covid, ini tampaknya lebih umum terjadi di antara penyintas yang pernah mengalami Covid-19 dengan gejala sedang hingga parah. 

Baca Juga: Waspadai long Covid-19 pada anak, ini gejalanya

Menurut beberapa penelitian, risiko long covid bisa lebih tinggi terjadi pada wanita, orang-orang dengan indeks massa tubuh yang tinggi (kegemukan), dan kelompok orang yang berusia di atas 50 tahun. 

Lamanya gejala long covid 

Orang-orang dengan long covid cenderung mengalami gejala kronis dan berkepanjangan untuk periode waktu yang berbeda. Ada yang hitungan minggu gejalanya sudah hilang, tapi tak sedikit yang masih bertahan sampai 8 bulan. 

Namun, banyak dari gejala long covid yang terjadi berkaitan dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya dan faktor risiko yang menghambat pemulihan. 

Di antara beberapa orang dengan long covid bisa mengalami gangguan pernapasan, termasuk batuk berkepanjangan, penurunan kadar oksigen darah, serta sesak napas hingga lebih dari 2-3 bulan dan memerlukan perawatan yang lebih lama. 

Baca Juga: Perlu Anda waspadai, berikut 4 tanda Long Covid

Selain itu, long covid juga dapat memicu berbagai efek samping yang dapat menyebabkan masalah dalam jangka panjang seperti kerusakan paru-paru, gangguan tidur, masalah memori, gangguan kesehatan mental, dan kekebalan yang lemah. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie