Bergantung demand aluminium, APB3I proyeksikan bisnis bauksit masih sulit di 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Bauksit & Bijih Besi Indonesia (APB3I) memproyeksikan kondisi bisnis komoditas bauksit masih menantang pada tahun ini. Pemulihan pandemi covid-19 dan demand aluminium menjadi kunci pergerakan pasar bauksit di 2021. 

Ketua Umum APB3I Erry Sofyan menyampaikan bahwa harga ekspor bauksit turun sejak September tahun lalu. Pada tahun ini, harga jual masih rendah seiring dengan kebutuhan aluminium yang juga masih landai. "2021 masih susah, aluminium akan kembali membaik setelah pandemi. Jadi belum pulih karena situasi pandemi secara global," kata Erry dihubungi Kontan.co.id, Minggu (14/2).

Namun ke depan, dia meyakini bahwa prospek bisnis bauksit akan cerah seiring dengan program hilirisasi pertambangan dan pengembangan kendaraan listrik yang diusung pemerintah. Sebab, bauksit menjadi salah satu komoditas penting dalam kendaraan listrik dan industri baterai.


Baca Juga: Simak target volume penjualan Aneka Tambang (ANTM) pada tahun ini

"Ke depan prospek masih bagus. Aluminium diperlukan agar kendaraan listrik ringan, juga untuk hemat tenaga baterai," terang Erry.

Dihubungi terpisah, Kepala Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMP) Kementerian ESDM Iman Sinulingga mengungkapkan posisi Indonesia cukup penting dalam dominasi produksi dan cadangan bauksit dunia.

Merujuk laporan dari United States Geological Survey (USGS) tahun 2020, dari seluruh negara yang memiliki potensi, Indonesia memiliki 4% cadangan bauksit. Dengan jumlah tersebut, Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia.

Berdasarkan data dari PSDMP-Badan Geologi Kementerian ESDM, per Desember 2020, secara umum total sumber daya bijih sebesar 5,5 miliar ton yang didominasi dengan klasifikasi sumber daya tertunjuk. Sedangkan cadangan bijih tercatat 2,96 miliar ton yang didominasi klasifikasi cadangan terkira.

Editor: Handoyo .