Berikut reksadana paling kuat di tahun ini dan prospeknya di tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu instrumen investasi yang tergopoh-gopoh di tahun pandemi ini adalah reksadana. Selain karena pandemi Covid-19, berbagai masalah juga menimpa sejumlah manajemen investasi (MI). Meski begitu, di akhir tahun ini Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan kinerja sejumlah jenis reksadana mulai pulih. 

Melansir data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana pada Oktober 2020 senilai Rp 513,81 triliun atau meningkat 3,63% dibandingkan September 2020 sebesar Rp 495,24 triliun.  

Bersumber dari data Infovesta, kinerja reksadana periode Year To Date (YTD), 31 Desember 2019 hingga November 2020, dipimpin oleh reksadana pendapatan tetap (fixed income fund index) yang tumbuh 8,93%, diikuti reksadana Pasar Uang (Money Market Fund Index) yang tumbuh 4,36%. Sisanya,reksadana campuran (balanced fund index)  dan reksadana saham (equity fund index) mencatatkan minus, masing-masing -3,46% dan -12,35%. 


Namun kalau dibandingkan dengan bulan lalu, Oktober-November 2020, kinerja reksadana saham paling moncer, yaitu tumbuh 10,96% diikuti dengan reksadana campuran tumbuh 6,98%. Lalu kinerja reksadana pendapatan tetap tumbuh 2,21% dan terakhir reksadana pasar uang hanya tumbuh 0,41%. 

Head Business Development Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi menjelaskan kinerja industri reksadana cukup memuaskan karena melihat adanya V- shape recovery yang terjadi saat pemulihan ekonomi. Menurutnya katalis positifnya karena adanya vaksin dan terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat, maka sentimen cukup positif walau secara periode YTD, IHSG masih negatif. 

Adapun dalam kurun waktu 2020, Reza menilai  efek bersifat obligasi menjadi primadona. Oleh sebab itu pertumbuhan reksadana terproteksi, selain pasar uang meningkat pesat. 

Head Of Investment Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menilai dari sisi kinerja sampai dengan akhir November 2020 jenis reksadana yang paling moncer adalah dari pendapatan tetap. Bahkan ini di luar dari ekspektasi Wawan. 

"Awalnya kami ekspektasi kinerja reksadana pendapatan tetap hanya di kisaran 7%-8% didorong penurunan suku bunga," jelasnya kepada KONTAN, Jumat (4/12). 

Namun nyatanya karena adanya penurunan suku bunga hingga 5 kali di tahun ini, kinerja YTD reksadana pendapatan tetap bisa tumbuh hingga 9%. Wawan memproyeksikan dalam kurun waktu setahun ini (full year) kinerja pendapatan tetap bisa menyentuh 9,5% yoy. 

Baca Juga: Batal liburan, begini cara manfaatkan dana liburan akhir tahun

Berbeda dengan pendapatan tetap, kinerja reksadana saham paling terkontraksi di tahun ini akibat pandemi corona yang menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Wawan mengatakan dalam periode YTD, kinerja reksadana saham minus 12% seiring dengan turunnya IHSG hingga minus 10%. 

Menurut Wawan kinerja reksadana saham di tengah gejolak pandemi sudah cukup baik karena kalau mengingat di masa pandemi sedang ganas-ganasnya, IHSG sampai anjlok hingga 3.900, tetapi sekarang sudah mulai naik lagi ke level 5.800. 

Sedangkan untuk jenis reksadana lainnya yakni reksadana pasar uang, diproyeksikan kinerjanya bisa tumbuh 4% di akhir tahun ini karena didorong katalis positif berupa penurunan suku bunga. Lantas untuk reksadana campuran, kinerjanya sampai tutup tahun diproyeksikan Wawan akan sulit mencapai positif. Paling tidak kinerjanya -1% atau -2% di tahun ini. 

Mengenai dana kelolaan, Wawan mengatakan data pada Oktober 2020, AUM sudah mencapai Rp 513,81 triliun di mana sudah mendekati AUM di awal tahun sebelum pandemi. 

Wawan melihat perbaikan nilai dana kelolaan ini karena beberapa faktor. Pertama, dari sisi saham yang mengalamai rebound secara signifikan, ditambah dengan obligasi yang mendapat katalis positif dari turunnya suku bunga hingga lima kali di tahun ini sehingga meningkatkan minat investor untuk masuk investasi yang berbasis obligasi. 

Di sisi lain, turunnya suku bunga membuat investasi di pasar uang menjadi lebih menarik karena banyak investor yang mencari yield yang mendekati deposito. 

Editor: Handoyo .