Berpotensi tumbuh double digit, penurunan harga ETF jadi peluang masuk



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sebulan terakhir, kebanyakan produk exchange traded fund (ETF) dari beberapa manajer investasi turun harga. Kondisi tersebut turut jadi momentum bagi investor untuk masuk, dengan estimasi pertumbuhan return bakal double digit akhir tahun ini.

Misalnya, ada produk Pinnacle Core High Dividend ETF yang turun 6,66% dalam sebulan terakhir, dengan nilai aktiva bersih (NAB) di 441,61 menurut data dari laman Infovesta, Selasa (23/2).

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra menjelaskan, Pinnacle CORE High Dividend ETF (XPDV) merupakan ETF yang berinvestasi dan fokus di saham-saham blue chip dan secara konsisten memiliki dividen yield yang tinggi. Guntur menekankan kalau dividen juga menjadi salah satu tolok ukur untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki kualitas neraca yang baik dan berkualitas. 


"Sehingga, pada saat kondisi pasar dan ekonomi yang volatile memiliki kecenderungan untuk lebih defensive," kata Guntur kepada Kontan.co.id, Selasa (23/2).

Baca Juga: Suku bunga semakin rendah, simak tips investasi berikut

Adapun komposisi dari Pinnacle CORE High Dividend ETF terdiri dari 19 saham seperti BBRI, TLKM, BBCA, ASII, BMRI, UNTR, PTBA, INTP, ITMG, INDF, UNVR, GGRM, CPIN, HMSP, BBNI, BJBR, DMAS, BJTM, dan ADRO. "Jika dibandingkan dengan benchmark /Indeks Bursa High Dividen 20 Index, dari sisi kinerja masih on par," tambah dia. 

Ke depan, Guntur melihat prospek ETF menurut masih cukup baik dan sangat potensial, khususnya untuk investor pemula yang baru masuk ke pasar modal. Apalagi, melalui ETF investor pemula bisa mengakses pasar modal dengan transparansi dan diversifikasi yang menyeluruh. 

Di samping itu, dia juga mengingatkan kalau kinerja ETF tergantung dari jenis produk, tema, dan strategi masing-masing ETF. Itu karena, variasi dan jenis ETF di berbagai produk dan MI sangat beragam. Guntur meyakini, ruang bagi produk ETF untuk memberikan return atau imbal hasil doubel digit tahun ini cukup terbuka. 

"Indeks dengan strategi pasif yang berbasis FTSE Indonesia Index atau IDX30, harusnya (tumbuh) high single digit atau low double digit," ujar dia. Jika berkaca dari pertumbuhan sekarang dan IHSG yang sudah berada di level 6.200, maka hingga akhir 2021 Guntur mengasumsikan pertumbuhan indeks bisa menyentuh kisaran 6.800 hingga 7.000. 

Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana turun di awal tahun 2021

Editor: Wahyu T.Rahmawati