Bertambah Rp 19,08 triliun, dana kelolaan (AUM) reksadana bulan Juli capai Rp 493 T



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Dana kelolaan atawa assets under management (AUM) industri reksadana pada bulan Juli 2020 naik Rp 19,08 triliun secara bulanan (mom) menjadi Rp 493,104 triliun.

Berdasarkan data Infovesta Utama, jumlah tersebut telah menghitung AUM seluruh jenis reksadana kecuali reksadana penyertaan terbatas dan denominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Jika turut menghitung reksadana berbasis dolar AS, maka total AUM industri reksadana di bulan lalu capai Rp 504,62 triliun.


Baca Juga: 24 reksadana Kresna Asset Management disuspensi, begini tanggapan manajemen

Kenaikan dana kelolaan terjadi di setiap jenis reksadana. Namun, AUM reksadana pasar uang jadi yang paling tinggi kenaikannya, yaitu Rp 11,84 triliun mom menjadi Rp 74,08 triliun.

Dalam riset Infovesta Utama yang diterima Kontan.co.id, Senin (10/8), tingginya minat investor ke reksadana pasar uang menandakan bahwa preferensi risiko investor terhadap investasi reksadana masih rendah dan memilih investasi reksadana dengan underlying asset yang paling likuid di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi.

Pertumbuhan dana kelolaan tertinggi kedua diraih reksadana pendapatan tetap yang tumbuh Rp 3,19 triliun mom menjadi Rp 110,08 triliun.  

Infovesta melihat kinerja positif indeks obligasi mendukung pertumbuhan AUM reksadana pendapatan tetap. Selama Juli indeks Infovesta Government Bond Index dan Infovesta Corporate Bond Index masing-masing tumbuh 1,80% dan 0,53%.

Selain itu, arus investor asing yang tercermin dalam kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh asing yang naik Rp 10,04 triliun. Namun, jumlah tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp 23,12 triliun.

Baca Juga: Reksadana pasar uang memimpin pertumbuhan dana kelolaan pada Juli 2020

Sementara, penurunan credit default swap (CDS) tenor 5 tahun ke level 115,83 dari 131,28 di awal Juli juga menambah daya tarik investasi di pasar obligasi dalam negeri.

Namun, investor asing masih menahan capital inflow ke Indonesia karena data pertumbuhan ekonomi Indonesia kontraksi 5,32% di kuartal II-2020 atau lebih buruk dari konsensus. Hal ini sejalan dengan angka deflasi Indonesia Juli lalu yang sebesar 0,1%. Artinya pengeluaran rumah tangga Indonesia masih tertekan.

Editor: Anna Suci Perwitasari