BI turunkan bunga acuan 25 bps, begini kata bankir dan ekonom



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (BI7DRR) dalam Rapat Dewan Gubernur BI Februari 2021.

“Keputusan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang tetap rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga dan langkah lanjutan untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional,” ujar Perry, Kamis (18/2). 

Dengan begitu, suku bunga acuan ini berada di level terendah sepanjang sejarah, setelah pada bulan November 2020 lalu juga mencetak rekor terendah di level 3,75%. Selain penurunan suku bunga acuan, bank sentral juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 2,75% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 4,25%. 


Baca Juga: BI guyur Rp 23,81 triliun untuk tambah likuiditas perbankan di 2021

Beberapa bankir menyambut baik keputusan BI tersebut. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso mengungkap hal tersebut akan berdampak positif terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. "Maka diharapkan bisa berpengaruh terhadap bagaimana bisa ditransmisikan secara cepat ke sektor riil," kata Sunarso dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/2). 

Ia memastikan perbankan akan segera mentransmisikan penurunan itu ke suku bunga kredit. Menurutnya, itu merupakan hal yang positif, tetapi akan lebih baik lagi jika bisa mendongkrak pertumbuhan kredit perbankan.

Meski begitu, pihaknya menjelaskan seandainya penurunan suku bunga dilakukan perbankan, dunia usaha atau sektor riil tidak serta merta langsung melakukan peminjaman kredit baru ke bank.

Hal tersebut tergambar dari suku bunga kredit bank yang sudah diturunkan dari 22% menjadi 15% dan bahkan di subsidi lagi oleh pemerintah hingga masyarakat hanya membayar suku bunga sebesar 7%.

Baca Juga: BI pangkas suku bunga, ini kata bos BRI

Senada, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai kebijakan bank sentral tersebut cocok untuk iklim bisnis di tengah kondisi perlambatan ekonomi.

Namun, Jahja menjelaskan bahwa saat ini debitur perbankan masih banyak yang belum membutuhkan kredit, disebabkan bisnis yang belum pulih. "Baik untuk iklim bisnis, meski belum perlu kredit karena bisnisnya belum pulih. Tetap belum mengambil kredit," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/2). 

Editor: Tendi Mahadi