AMERIKA VS CHINA - Setelah Presiden AS Joe Biden menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai "diktator", China membalasnya pada Rabu (21/6/2023). Melansir
Reuters, China mengatakan pernyataan itu tidak masuk akal dan merupakan aksi provokasi. Gejolak tak terduga ini terjadi di tengah upaya kedua belah pihak untuk mengurangi gesekan yang sudah berlangsung lama.
Biden mengeluarkan komentarnya hanya sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyelesaikan kunjungan ke China yang bertujuan untuk menstabilkan hubungan. Menurut Beijing, hubungan AS-China berada pada titik terendah sejak hubungan formal terjalin pada 1979. Pada penggalangan dana di California, Biden mengatakan Xi sangat malu ketika balon mata-mata China yang dicurigai terbang keluar jalur di wilayah udara AS awal tahun ini. Blinken telah mengatakan pada hari Senin bab tersebut harus ditutup. "Alasan mengapa Xi Jinping menjadi sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata di dalamnya adalah dia tidak tahu itu ada di sana," kata Biden.
Baca Juga: Intelijen Jerman: Rusia dan China Semakin Intens Mengawasi Kami "Itu sangat memalukan bagi para diktator. Ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi. Itu tidak seharusnya terjadi. Itu meledak," kata Biden. Xi menjadi pemimpin paling kuat di China sejak Mao Zedong setelah mengamankan masa jabatan ketiga sebagai presiden pada bulan Maret dan kepala Partai Komunis pada bulan Oktober. Dia memimpin sistem satu partai yang oleh banyak kelompok hak asasi manusia, pemimpin Barat dan akademisi disebut sebagai kediktatoran karena tidak memiliki peradilan yang independen, media yang bebas, atau hak pilih universal untuk jabatan nasional. Di China, kritik terhadap Xi dan partainya disensor secara online dan pengunggahnya berisiko ditahan secara offline. Biden juga mengatakan China mengalami kesulitan ekonomi yang nyata. Biden sebagai presiden sebelumnya menyebut China sebagai kediktatoran dan tempat otokrat, diktator, sambil mengatakan tidak ada pemimpin dunia lain yang ingin menjadi Xi.
Tetapi pernyataan hari Selasa tentang pemimpin China itu adalah yang paling langsung.
Baca Juga: Angka Pengangguran Capai Rekor, Kaum Muda China Hadapi Pasar Kerja Suram Juru bicara kementerian luar negeri China Mao Ning menyebut pernyataan itu "sangat tidak masuk akal" dan "tidak bertanggung jawab". Dia mengatakan AS secara serius melanggar fakta, protokol diplomatik dan martabat politik China. "Itu adalah provokasi politik terbuka," katanya dalam pengarahan rutin.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie