Bikin Perusahaan Patungan AlloFresh, Begini Rencana Bisnis Bukalapak (BUKA)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mengatakan, kemitraan yang dijalin bersama dengan Growtheum Capital Partners dan peritel Trans Retail Indonesia melalui perusahaan patungan (joint venture/ JV) Allo Fresh, akan semakin meningkatkan kepemimpinan Bukalapak di platform online to offline (O2O) dan memperluas titik kontak bagi pelanggan  yang lebih luas.

BUKA juga menyebutkan inisiatif ini juga akan memperlebar jangkauannya ke ekosistem ritel sebagai bagian dari ekspansi perusahaan dari platform umum ke platform khusus (specialty platform).

"Kebiasaan pelanggan terus berubah dan kami perlu mengembangkan bisnis kami untuk memenuhi kebutuhan baru ini. Kami ingin mendefinisikan kembali kategori ini dan menjadi pionir di bidang ini – seperti yang kami lakukan dengan Mitra Bukalapak,” kata Howard Gani, CEO Mitra Bukalapak sebagaimana disampaikan kepada Kontan, Senin (28/3).


Baca Juga: Lock-Up Saham BUKA Dibuka, Analis Menilai Pemegang Saham Masih Menahan Kepemilikan

“AlloFresh memiliki posisi yang baik untuk menjadi yang terdepan dalam memenuhi kebutuhan belanja barang sehari-hari di masa mendatang. Kami memiliki model unik dengan mitra luar biasa yang mengetahui pasar retail makanan lebih baik dari siapapun. Dengan pengalaman dan pengetahuan kami di bidang teknologi, kami benar-benar dapat membuka pasar yang besar dan membuat terobosan besar – saya sangat antusias," ujar.

Sebagai informasi, AlloFresh memulai bisnisnya dengan pendanaan awal sebesar Rp 1 triliun, menawarkan lebih dari 150.000 SKU dari sekitar 10.000 pemasok dengan pengiriman cepat dalam waktu 3 jam serta layanan quick commerce dengan opsi pengiriman 30 menit di seluruh Indonesia.

Olivier Legrand, Transaction Advisory Member Growtheum Capital Partners yang sebelumnya menjabat sebagai MD LinkedIn Asia Pacific menambahkan, aktivitas e-commerce di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan sejak tahun 2019.

Namun, jumlah orang yang berbelanja kebutuhan sehari-hari secara daring masih terhitung kecil, yaitu kurang dari 2% dari total pengeluaran ritel barang kebutuhan sehari-hari di Indonesia, dibandingkan dengan 14% di Korea Selatan, 11% di China, dan 10% di Jepang.

Editor: Yudho Winarto