Bisnis milik konglomerasi semakin menggurita di industri keuangan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konglomerasi di Indonesia semakin memperkokoh posisinya di industri keuangan, terutama dalam industri keuangan non bank (IKNB). Terbaru, PT Astra International Tbk (ASII) memutuskan untuk merambah layanan keuangan berbasis teknologi dengan meluncurkan AstraPay.

Astra sendiri sebelumnya telah memiliki banyak anak usaha di sektor keuangan, seperti asuransi dan multifinance. Bahkan, beberapa anak usahanya termasuk pemain yang memiliki kontribusi besar di tiap industrinya.

Misalnya saja, Asuransi Astra Buana yang hingga semester I-2021 mencatatkan aset sebesar Rp 14,34 triliun. Perusahaan pun mencatat peningkatan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp 597 miliar yang didorong hasil investasi yang tinggi. 


Tak hanya itu, bisnis pembiayaan konsumen yang dimiliki juga memiliki kinerja yang positif. Laba bersih PT Federal International Finance (FIF) yang fokus pada pembiayaan sepeda motor juga meningkat sebesar 3% menjadi Rp 949 miliar di semester pertama kemarin dengan total aset yang dimiliki Rp32,59 triliun.

Baca Juga: Transformasi perusahaan reasuransi nasional, Indonesia Re dan Kejagung teken MoU

Adapun, laba bersih divisi jasa keuangan Grup Astra meningkat 2% menjadi Rp 2,1 triliun selama semester pertama 2021, disebabkan oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen dan asuransi umum.

“Pada Juni 2021, bisnis jasa keuangan Grup Astra berkontribusi sekitar 24% terhadap total laba bersih Grup, dimana pembiayaan konsumen Grup, yang terdiri dari ACC dan TAF untuk pembiayaan roda empat serta FIF untuk pembiayaan roda dua sebagai kontributor terbesar untuk laba bersih divisi jasa keuangan,” ujar Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti, kepada KONTAN, Selasa (21/9).

Selain itu, Tira pun mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya terus fokus untuk mengembangkan ekosistem jasa keuangan Grup Astra terutama yang berbasis digital, diantaranya dengan menghadirkan P2P lending melalui produk Maucash, financial wealth hub dengan Moxa, serta e-wallet AstraPay yang baru diluncurkan pekan lalu.

Tak mau kalah, Sinar Mas Group melalui anak usahanya yang bergerak sektor keuangan, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) juga termasuk konglomerasi yang turut meramaikan industri keuangan. Grup ini memiliki perusahaan perbankan, asuransi umum, asuransi jiwa, serta multifinance.

Direktur Sinarmas Multiartha, Dani Lihardja pun menyebutkan bahwa sektor asuransi menjadi yang memiliki kontribusi kinerja yang paling besar. Menurutnya, hal ini dikarenakan situasi pandemi mengubah perilaku konsumen yang mementingkan produk asuransi.

Baca Juga: Gandeng Goama, DANA jadi mitra pembayaran untuk casual e-sports

“Kontribusi untuk SMMA urutannya dari Asuransi kemudian Bank dan terakhir Multifinance,” ungkap Dani.

Untuk perusahaan asuransi dari Grup yang didirikan oleh Eka Tjipta Widjaja, Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG menjadi yang terbesar dengan total aset yang dimiliki sebesar Rp 16 triliun pada semester 1-2021. Disusul, Asuransi Sinar Mas dengan total aset Rp 9,01 triliun.

Dani pun juga mengungkapkan bahwa Sinarmas beberapa tahun terakhir juga gencar memasuki pasar keuangan berbasis digital dengan mengembangkan tiga platform fintech lending, seperti PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas), PT Oriente Mas Sejahtera (Finmas) dan PT Dana Pinjaman Inklusif (PinjamanGo).

“Yang menjadi saham mayoritas itu danamas. Porsi kita 66.66% dan Itochu Jepang sebesar 33.34%,” ungkap Dani.

Editor: Noverius Laoli