Bisnis wisata di Asia Tenggara terimbas pelemahan ekonomi China



KONTAN.CO.ID - HANOI. Melemahnya perekonomian China dan mata uang yuan telah berimbas pada bisnis pariwisata di kawasan Asia Tenggara. Biasanya, wisatawan China ramai mengunjungi pantai-pantai di Bali, hingga menginap di hotel Hanoi, Vietnam tapi sekarang tampak lengang.

Ledakan perjalanan luar negeri China dalam beberapa tahun terakhir yang memicu pariwisata di seluruh Asia Tenggara kini telah berada dalam posisi terbalik. Penurunan tiba-tiba wisatawan China menjadi pelajaran yang menyakitkan bagi negara-negara seperti Thailand dan Indonesia yang sangat bergantung pada negara China.

“Menurunnya kedatangan wisatawan China dan pengeluaran pariwisata dirasakan di seluruh kawasan. Selalu ada risiko yang terkonsentrasi ketika mengandalkan satu pasar, dan banyak negara kemungkinan tidak dapat menemukan pengganti untuk pertumbuhan yang cukup cepat,” Kata Kepala Riset Pasar Ekonomi dan Keuangan Siam Commercial Bank Pcl Kampo Adireksombat, dilansir dari Bloomberg, Jumat (6/9).


Baca Juga: Perang dagang AS-China pengaruhi penurunan ICP Agustus jadi UUS$ 57,27 per barel

Merosotnya jumlah pelancong asal China akan berlanjut tahun depan jika perang dagang terus membebani ekonomi dari negara berpenduduk terbesar di dunia ini. Padahal, peningkatan pendapatan penduduk China selama dekade terakhir telah memicu konsumsi kelas menengah dan menjadikan pasar perjalanan China sebagai pengeluaran terbesar di dunia menurut laporan McKinsey.

Sebelumnya, tur berbahasa mandarin, restoran China, dan layanan pembayaran seluler China menjamur dari Da Nang ke Yogyakarta, para pelancong memadai lokasi-lokasi wisata Asia Tenggara, yang terpikat oleh kedekatan mereka dan masakan di sana.

Namun kondisi saat ini telah mengancam industri pariwisata ketika perusahaan karena pemerintah menginvestasikan jutaan dolar untuk memperluas resor, hotel dan fasilitas perjalanan. 

Penurunan sudah muncul di beberapa pengelola hotel, seperti Central Plaza Hotel Public Company Limited, Thailand yang mencatatkan penurunan bisnis di kuartal kedua 2019 karena merosotnya jumlah pengunjung China.

Editor: Herlina Kartika Dewi