Bunga penjaminan LPS dipangkas, begini respons sejumlah bank



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bankir menyambut baik langkah Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memangkas bunga penjaminan simpanan. Mereka menilai pemangkasan dapat menekan biaya dana alias cost of fund (CoF) sehingga pada gilirannya bisa mempercepat menurunkan suku bunga kredit.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja misalnya mengafirmasi hal tesebut. Bank swasta terbesar di tanah air ini disebut Jahja bahkan telah memangkas bunga simpanan sejak awal bulan

Baca Juga: Pasar Masih Berharap Suku Bunga Turun, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham Perbankan


“Kami sudah pangkas sejak awal bulan, biaya dana juga mulai turun. Suku bunga kredit juga, namun tidak transmisinya tiap nasabah berbeda-beda,” kata Jahja kepada KONTAN, Selasa (18/11).

Dari laporan keuangan kuartal III-2019, rasio biaya dana BCA memang berangsur menurun menjadi 2,00% dibandingkan awal tahun sebesar 2,04%. Meski demikian, jika dibandingkan kuartal III-2018 sebesar 1,77%, rasio biaya dana tesebut masih tercatat meningkat.

Sementara penyaluran kredit perseroan pada periode yang sama tercatat mencapai Rp 585,49 triliun dengan pertumbuhan 10,9% (yoy). Hingga akhir tahun, Jahja bilang pertumbuhan kredit bakal dijaga di kisaran 9%-10%.

Presiden Direktur PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) Hariyono Tjahrijadi juga menyatakan hal serupa. Ia bilang, pemangkasan bunga penjaminan simpanan LPS secara psikologis bisa memacu industri perbankan untuk memangkas suku bunga simpanan maupun kredit.

Baca Juga: Simak rekomendasi analis soal pergerakan IHSG jelang RDG Bank Indonesia

“Secara umum, pedoman penetapan suku bunga kredit oleh industri perbankan akan tergantung dengan kondisi likuiditas dan pasar, tak cuma dari bunga acuan Bank Indonesia, maupun bunga penjaminan LPS. Namun secara psikoogis pemangkasan tersebut bisa mendorong pasar untuk menekan suku bunga,” jelasnya kepada KONTAN.

Per kuartal III-2019, bank milik taipan asal Malaysia Dato Sri Tahir ini telah menyalurkan kredit Rp 68,56 triliun engan pertumbuhan 8,63% (yoy). Hingga akhir 2019, Hariyono juga menargetkan untuk mencatat perumbuhan kredit di kisaran 9%-10%.

Editor: Noverius Laoli