China membeli US$ 50 miliar produk pertanian AS untuk imbalan penangguhan tarif impor



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyetujui penangguhan sejumlah tarif impor barang dari China dan mengurangi tarif sejumlah barang lainnya. Ini merupakan imbalan atas janji China untuk menambah pembelian produk pertanian AS tahun depan.

Menurut sumber Reuters, langkah ini merupakan langkah awal penurunan tensi perang dagang kedua negara. Sumber yang mengetahui status negosiasi bilateral kedua negara mengatakan, AS akan menunda penetapan tarif impor atas US$ 156 miliar barang dari China yang sedianya berlaku pada 15 Desember dan mengembalikan tarif semula. Tarif ini adalah untuk produk seperti konsol video game, monitor komputer.

Sebagai penukar, China akan membeli US$ 50 miliar pada tahun depan. Rencana pembelian ini dua kali lipat impor produk pertanian dari AS pada tahun 2017 sebelum perang dagang memanas.


Gedung Putih tidak merilis pernyataan resmi. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kedua syarat tersebut disetujui masing-masing pihak.

Baca Juga: Harga minyak terdongkrak kesepakatan AS-China

Dua orang yang akrab dengan negosiasi mengatakan bahwa negosiator AS menawarkan untuk memotong tarif barang-barang China sebanyak 50% serta menangguhkan tarif baru yang dijadwalkan mulai berlaku pada hari Minggu. Ini merupakan upaya untuk mengamankan kesepakatan fase satu yang awalnya dijanjikan pada Oktober lalu.

Perang dagang AS-Tiongkok telah memperlambat pertumbuhan global dan mengurangi keuntungan serta investasi bagi perusahaan di seluruh dunia. AS telah mengumumkan subsidi US$ 28 miliar untuk para petani AS yang terkena dampak perang dagang.

Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Cuma Bergerak Terbatas

"Jika ditandatangani, ini adalah fase pertama yang menggembirakan yang menahan kerusakan lebih lanjut hubungan bilateral," kata Craig Allen, Presiden Dewan Bisnis AS-China kepada Reuters.

Tapi ini baru permulaan. "Masalah yang dihadapi AS dan China rumit. Semua itu tidak mungkin diselesaikan dengan cepat," kata Allen.

Editor: Wahyu T.Rahmawati