KONTAN.CO.ID - Raksasa energi Rusia, Gazprom, sedang mempertimbangkan pemangkasan 40% staf kantor pusatnya setelah membukukan kerugian pertamanya dalam 24 tahun. Hal tersebut terungkap lewat surat dari salah satu anggota dewannya kepada CEO perusahaan. Mengutip
Business Insider, surat tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh media 47News yang berbasis di St. Petersburg pada hari Senin, mengusulkan agar jumlah staf kantor pusat dikurangi dari 4.100 menjadi 2.500 orang. Surat itu tertanggal 23 Desember 2024.
Seorang juru bicara Gazprom mengonfirmasi keaslian surat itu kepada Agence France Presse dan media pemerintah Rusia TASS. Dalam proposal tersebut, Elena Ilyukhina, wakil ketua dewan, menulis bahwa gaji untuk manajer Gazprom telah meningkat beberapa kali dalam dua dekade terakhir menjadi sekitar US$ 486,5 juta setahun. "Tantangan yang dihadapi grup Gazprom mengharuskan pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan dan mengambil keputusan," tulisnya kepada CEO Alexei Miller. Ilyukhina menambahkan bahwa perusahaan dapat mengandalkan "otomatisasi dan digitalisasi" untuk peran seperti akuntansi dan perencanaan.
Baca Juga: Kremlin Protes Keras, Sebut Sanksi Baru AS Bakal Ganggu Stabilitas Pasar Global 47News menulis bahwa Ilyukhina juga memperkirakan pemotongan 40% akan menyelaraskan rasio manajemen-karyawan Gazprom dengan Rosatom, perusahaan energi nuklir milik negara. Gazprom mengatakan pada Juni 2024 bahwa mereka memiliki 498.000 karyawan untuk tahun 2023.
Sebagai perbandingan, direktur jenderal Rosatom mengatakan kepada pemimpin Rusia Vladimir Putin pada Oktober bahwa perusahaannya berencana untuk memiliki sekitar 400.000 karyawan pada tahun 2024. Ilyukhina menambahkan bahwa sejumlah uang yang dihemat dalam usulan pemutusan hubungan kerja dapat dialihkan untuk menawarkan bonus kinerja baru bagi karyawan yang tersisa. Gazprom Group, yang sebagian besar dimiliki oleh negara Rusia, membukukan kerugian tahunan pertamanya dalam 24 tahun pada bulan Mei karena sanksi Barat di masa perang mendorong pelanggannya di Eropa untuk memutuskan hubungan dengan sector energi Rusia.
Baca Juga: Sanksi Rusia Diperluas, Harga Minyak Mentah Timur Tengah Terkerek Naik Editor: Barratut Taqiyyah Rafie