Dana Investasi Asuransi Jiwa Masih Mekar pada Awal Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah sentimen tingginya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina, aset investasi yang dikelola industri asuransi masih tumbuh. Meskipun, pertumbuhannya sedikit melambat dari bulan sebelumnya.

Berdasarkan data OJK, aset investasi asuransi jiwa per Februari 2022 mengalami pertumbuhan 5,9% year-on-year (yoy) atau senilai Rp 520,35 triliun. Adapun, pertumbuhan tersebut melambat dari bulan sebelumnya yang naik 7,3% yoy.

Sementara itu, penempatan saham secara industri pun tak banyak berubah. Aset reksadana masih menjadi pilihan pertama dengan kontribusi mencapai 31,14%. Selanjutnya ada saham dengan kontribusi 26,86% dan SBN dengan kontribusi 21,47%.


Pilihan instrumen investasi yang sama juga dilakukan BNI Life dengan pilihan aset Reksadana yang mendominasi hingga 52% dari total aset. Sementara, sebagian besar merupakan reksadana pendapatan tetap.

Baca Juga: Ada Aturan Baru Soal Unitlink, AXA Financial: Kami Akan Patuh

Exposure terbesar pada pendapatan tetap karena income yang didapatkan relatif lebih stabil dibanding pada pasar saham namun masih memberikan keuntungan yang lebih baik dibanding penempatan pada pasar uang,” ujar Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan.

Dari sisi total aset investasi, BNI Life mencatat aset investasinya mencapai Rp 20.6 triliun per Maret 2022. Pencapaian tersebut naik sebesar 7.2% secara yoy, sedikit melambat dari bulan sebelumnya yang naik 7,6% yoy.

Eben bilang ada beberapa hal yang mempengaruhi BNI Life dalam mengelola aset investasinya saat ini. Pertama, terkait kebijakan moneter The Fed yang mulai memperketat kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga dan mengurangi balance sheet mereka

Hal tersebut menyebabkan kenaikan yield US Treasury secara signifikan sehingga ada kemungkinan Bank Indonesia akan ikut menaikkan BI rate seiring kenaikan inflasi di Indonesia. 

Baca Juga: Sepanjang Tahun 2021, Industri Asuransi Catatkan Pertumbuhan Kinerja

Selain dari itu, terdapat sentimen dari tingginya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang menyebabkan kenaikan berbagai harga komoditas dunia. Namun, sentimen tersebut menjadi sentimen positif juga untuk Indonesia karena merupakan salah satu negara penghasil komoditas terbesar di dunia.

“Bisa kita lihat sentimen ini membawa equity market Indonesia menuju level tertingginya dengan kenaikan saham – saham komoditas,” imbuh Eben.

Editor: Tendi Mahadi