Dana kelolaan reksadana pasar uang turun dalam sepanjang Februari 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) industri reksadana tercatat kembali mengalami penurunan pada Februari lalu. Merujuk data dari  Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AUM pada per Februari sebesar Rp 571,75 triliun. Jumlah tersebut turun tipis 0,08% dibanding AUM Januari yang sebesar Rp 572,21 triliun.

Jika dilihat dana kelolaan dari masing-masing jenis reksadana, AUM reksadana saham merupakan yang mengalami kenaikan paling tinggi secara bulanan. Per Februari, jumlah AUM reksadana saham berhasil naik 2,55% dari Rp 123,80 triliun menjadi Rp 126,95 triliun.

“Kenaikan AUM reksadana saham sebenarnya lebih dipengaruhi oleh kenaikan IHSG itu sendiri yang berhasil mengalami kenaikan sekitar 6,5% selama Februari silam,” kata Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich kepada Kontan.co.id, Selasa (9/3).


Baca Juga: Ada Reksadana ditutup, ini yang dilakukan Investor

Senada, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengungkapkan, kenaikan AUM terkadang bukan karena ada aksi net subscribe. Bisa jadi kenaikan disebabkan oleh kenaikan harga aset dasarnya di mana pada bulan tersebut IHSG memang mengalami kenaikan.

“Kenaikan AUM reksadana saham tidak terlepas dari potensi return yang ditawarkan reksadana saham memang lebih baik. Hal ini juga bisa terlihat bagaimana dana kelolaan reksadana pasar uang mengalami penurunan. Artinya, ini memang ada aksi switching ke aset kelas lainnya,” kata Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo.

Sementara untuk reksadana yang mengalami penurunan dana kelolaan paling dalam adalah reksadana pasar uang. Tercatat, AUM reksadana ini turun dari Rp 101,5 triliun menjadi Rp 93,82 triliun atau turun 7,56%.

Rudiyanto berujar, ketimbang switching, penurunan AUM pada reksadana pasar uang lebih disebabkan oleh adanya aksi redemption. Pasalnya, jika memang ada aksi switching, AUM jenis reksadana lain tidak ada yang mengalami kenaikan sebesar penurunan AUM reksadana pasar uang.

Editor: Yudho Winarto