Didukung SWF, begini rekomendasi saham konstruksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam beberapa hari terakhir, pasar saham Indonesia tertekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat telah terkoreksi sebesar 7,06% dalam seminggu terakhir. Saham-saham emiten konstruksi pun kompak melemah. Kendati demikian, para analis sepakat bahwa saham-saham emiten konstruksi masih menarik untuk dikoleksi.

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menjelaskan, saham emiten konstruksi bisa jadi pilihan investor, namun untuk jangka panjang. Pasalnya, sektor ini untuk paruh pertama pada tahun ini secara umum cenderung tertekan. Salah satu penopangnya adalah dirilisnya laporan keuangan 2020 yang hasilnya akan buruk.

“Apalagi, emiten konstruksi ini memang siklikal dan cenderung lemah di semester pertama baik dalam bentuk pencapaian kontrak baru maupun progress konstruksi proyek berjalan. Ditambah lagi, belakangan angka kasus baru corona yg masih naik terus sehingga memberikan sentimen negatif ke seluruh sektor,” terang Joey kepada Kontan.co.id, Jumat (29/1).


Sementara program pemerintah dalam pembentukan sovereign wealth fund (SWF) dinilai Joey masih akan jadi sentimen utama yang ke depannya akan mendongkrak kinerja emiten konstruksi. Namun, dalam jangka pendek, SWF yang masih dalam proses, tentunya membuat proses divestasi aset jalan tol masih belum lancar.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) punya obligasi jatuh tempo Rp 1,2 triliun bulan depan

Senada, analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael mengatakan, sektor konstruksi masih jadi salah satu yang menarik seiring komitmen pemerintah pada pembangunan infrastruktur pada 2021. Ia melihat hal tersebut tercermin dari anggaran untuk infrastruktur yang naik 47% dari tahun lalu menjadi Rp 414 triliun.

Selain itu, melalui Omnibus Law, pemerintah juga menerbitkan beberapa kebijakan yang akan punya dampak langsung pada sektor konstruksi, khususnya kontraktor BUMN. Beberapa di antaranya adalah soal Nusantara Investment Authority (NIA), pengadaan tanah publik, dan badan bank tanah.

“Lewat pembentukan NIA, kami melihat akan ada kejelasan soal divestasi infrastruktur yang pada akhirnya akan menguntungkan kontraktor BUMN, khususnya PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan banyaknya jalan tol yang beroperasi,” kata Joshua.

Sementara dengan adanya pengaturan pengadaan tanah publik dan pembentukan badan bank tanah akan sangat menguntungkan semua kontraktor BUMN. Hal ini dikarenakan keterlambatan proyek sebagian besar disebabkan oleh kesulitan pembebasan tanah.

Baca Juga: Simak rekomendasi Suhu Yo tentang saham berprospek bagus di tahun kerbau logam

Editor: Wahyu T.Rahmawati