Diliputi Sentimen Negatif, Simak Saran Analis untuk Saham Batubara



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga batubara sempat menguat pada Rabu (26/4), sebelum kembali mengalami penurunan. Meski begitu, mayoritas emiten batubara mencetak kenaikan harga.

Sebagai informasi, Rabu (26/4) pada pukul 18.58 WIB harga batubara kontrak September 2023 berada di level US$ 201,50 per ton. Padahal, hari sebelumnya harganya mulai menguat kembali berada di level US$ 203,75 per ton setelah tiga hari beruntun melemah.

Dari 20 perusahaan batubara, sebanyak 13 perusahaan tercatat penguatan harga, dua perusahaan stagnan, dan lima perusahaan mengalami penurunan harga.


Baca Juga: Saham Emiten Batubara Mayoritas Menghijau, Cermati Rekomendasi Analis

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, kenaikan harga batubara bersifat sementara. Sebab, tertopang oleh sentimen membaiknya indeks manufaktur dan jasa di China di atas level 50, serta data GDP China per kuartal I 2023 yang membaik ke level 4,5% atau berada di atas ekspektasi 4%.

Namun, peningkatan suplai global karena pertumbuhan produksi batubara dan peningkatan ekspor diantaranya dari India dan Afrika Selatan, serta sudah cenderung meredanya perang antara Rusia-Ukraina membuat tekanan pada harga komoditas batubara.

"Prediksi saya, batubara ada di range US$ 100 - US$ 150 per ton karena sudah memasuki era normal, tidak ada kejadian luar biasa seperti di 2022," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (26/4).

Di sisi lain, harga sejumlah emiten batu bara naik diperkirakan terjadi bargain hunting pasca koreksi yang terjadi pada seminggu terakhir. Selain itu, valuasi pasar pada sejumlah saham-saham batubara masih sangat menarik dengan PER di bawah 10 kali pasca rilis kinerja sepanjang tahun lalu yang sangat positif, di samping merespon pada penguatan harga komoditas batu bara ini.

Baca Juga: Peroleh Kontrak Baru dari Australia, Begini Rencana Bisnis Delta Dunia Makmur (DOID)

Praska memaparkan, semua rasio PER untuk emiten-emiten batubara masih di bawah 10 kali atau terbilang relatif  murah, tetapi dikarenakan nilai laba bersih yang naik signifikan di 2022 yang melanjutkan tren positif di 2021 pasca pandemi. 

Editor: Noverius Laoli