Dirut Jasindo Buka Suara Soal Transformasi di Tubuh Perusahaan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo tengah melakukan transformasi di tubuh perusahaan. Transformasi ini diyakini akan membuat perusahaan mampu menjawab tantangan pasar asuransi umum ke depannya.

Menurut Direktur Utama Asuransi Jasindo Andy Samuel, ada tiga poin yang difokuskan perusahaan terkait transformasi ini: sumber daya manusia (SDM), model bisnis, dan digitalisasi.

Transformasi SDM


Terkait SDM, Andy mengaku akan mencetak SDM Jasindo sebagai enebler yang menjembatani korporasi dengan produk asuransi.

Baca Juga: Isu Jasindo Lakukan PHK, Ini Kata IFG

“Sehingga peran SDM cukup penting, karena menjadi fasilitator yang harus paham betul kondisi proteksi yang diharapkan oleh korporasi,” kata Andy dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Minggu (20/11).

Ia melanjutkan, saat ini sekitar 70 persen industri asuransi umum di Indonesia bermain dengan produk yang sama, di situlah SDM menjadi kunci. Karena SDM Jasindo akan memberikan value proposition untuk perusahaan.

Andy meyakini, profile risiko di setiap nasabah berbeda-beda. Terlebih yang disasar adalah korporasi. “Sehingga, nantinya SDM Jasindo akan membantu mereka terkait program risk management mereka,” lanjutnya.

Nilai tambah inilah yang ke depannya akan menjadi layanan yang diberikan Asuransi Jasindo. Tak sampai di situ, perusahaan juga akan memberikan program mitigasi risiko dan program valuasi.

Untuk mencetak SDM tersebut, perusahaan akan mengembangkan kompetensi karyawan. Dulu, kompetensi mayoritas fokus di back office sisanya baru di bisnis. Kini akan dibalik, komposisi bisnis akan menjadi dominan dan sisanya baru back office.

Baca Juga: Asuransi Perjalanan Jasindo Melesat 565% di Semester I-2022

Model Bisnis

Terkait model bisnis, Asuransi Jasindo yang tergabung dalam Indonesia Financial Group (IFG) akan memberikan penawaran produk yang menarik terhadap konsumennya.

Menurut Andy, kebanyakan perusahaan asuransi itu push product. Di mana kebanyakan perusahaan menawarkan produk yang sama. Hasil akhir, perusahaan asuransi tahu kebutuhan nasabah dalam konteks risiko dan cara mitigasinya, kemudian membuatnya menjadi produk asuransi.

Di poin inilah Adny akan melakukan shifting. “Ke depannya, nasabah Jasindo akan mengetahui mitigasi risikonya, sehingga nasabah bisa memilih asuransi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini menjadi nilai lebih dari Jasindo,” katanya.

Namun ke depan Asuransi Jasindo merencanakan memperluas digitalisasi ini pada produk lainnya, seperti Asuransi PA dan Asuransi Perjalanan.

Dalam prosesnya Asuransi Jasindo memanfaatkan robot artificial intelligence untuk membantu melakukan proses underwriting pada simple risk tersebut, proses ini hanya memakan waktu maksimal 5 menit sampai polis dapat diterbitkan kepada tertanggung selama risiko yang di input sesuai dengan parameter yang telah kami sesuaikan ke dalam robot tersebut.

“Sedangkan digitalisasi dalam proses klaim, saat ini kami sedang mengembangkan suatu sistem yang bernama VCM (Virtual Claim Management) yang berupa aplikasi website. Sehingga ke depannya seluruh proses klaim di luar produk asuransi kendaraan bermotor yang sudah memiliki sistem sendiri, akan melalui VCM ini,” kata Andy.

Editor: Yudho Winarto