Dokumen Rahasia AS Ungkap Ambisi Lama Putin terhadap Ukraina



KONTAN.CO.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin pernah mengatakan kepada Presiden Amerika Serikat saat itu, George W. Bush, bahwa Ukraina adalah “bagian dari Rusia”. Pernyataan ini disampaikan Putin pada tahun 2001, berdasarkan transkrip percakapan yang baru saja dideklasifikasi.

Melansir The Telegraph, dalam pertemuan pertama mereka, Putin mengungkapkan kekecewaannya atas runtuhnya Uni Soviet. Arsip Keamanan Nasional AS mencatat bahwa dalam pertemuan puncak di Slovenia, Putin bahkan memberikan “kuliah sejarah singkat” kepada Bush.

Putin mengatakan bahwa runtuhnya Uni Soviet adalah tindakan sukarela Rusia yang “belum pernah terjadi sebelumnya”. Menurutnya, Rusia secara sukarela melepaskan ribuan kilometer persegi wilayah. Ia menyebut Ukraina yang selama berabad-abad menjadi bagian dari Rusia “diberikan begitu saja”, begitu pula Kazakhstan dan kawasan Kaukasus, yang menurutnya dilepas oleh elite Partai Komunis saat itu.


Pernyataan tersebut disampaikan pada April 2001, kurang dari satu tahun sejak Putin dan Bush sama-sama menjabat sebagai presiden. Isi percakapan ini memperkuat dugaan bahwa Putin telah lama menyimpan ambisi terhadap Ukraina, dan memunculkan kekhawatiran bahwa Rusia juga memiliki klaim historis terhadap Kazakhstan dan wilayah Kaukasus.

Menanggapi pernyataan Putin, Bush menyampaikan pandangannya bahwa Rusia seharusnya menjadi bagian dari Barat, bukan musuh. Ia juga mendorong Putin untuk bersama-sama mendefinisikan ancaman baru yang berasal dari pihak-pihak yang memusuhi Amerika Serikat dan  Rusia.

Baca Juga: Kim Jong Un Isyaratkan Pengembangan Rudal Akan Berlanjut dalam 5 Tahun ke Depan

Transkrip percakapan ini dipublikasikan ke publik pada 22 Desember setelah gugatan keterbukaan informasi. Dokumen tersebut membuka tabir baru mengenai pandangan Putin terhadap negara-negara tetangga Rusia, dan bertolak belakang dengan pernyataan publik Bush setelah pertemuan itu.

Saat itu, Bush bahkan sempat memuji Putin dengan mengatakan bahwa ia melihat Putin sebagai sosok yang lugas dan dapat dipercaya, serta merasa bisa “melihat jiwanya”.

Dalam beberapa tahun berikutnya, Putin berulang kali menggunakan nostalgia era Soviet untuk mengonsolidasikan dukungan domestik terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Ia membingkai perang tersebut sebagai perjuangan melawan Nazisme, serupa dengan Perang Dunia II.

Hal serupa kembali terlihat dalam pertemuan Putin dengan Donald Trump di Alaska pada Agustus lalu, yang bertujuan membahas kemungkinan perdamaian Ukraina. Dalam pertemuan itu, Putin kembali menyampaikan paparan panjang soal klaim historis Rusia atas Ukraina.

Baca Juga: Mengenal Carina Hong, Matematikawan 24 Tahun yang Mencetak Revolusi AI