Dorong pengurangan emisi karbon, PLN kembangkan sertifikat EBT



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sekaligus mengurangi emisi karbon terus dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Salah satunya dengan mengembangkan produk Renewable Energy Certificate (REC) atau sertifikat penggunaan EBT.

REC sendiri diperlukan oleh para pelaku usaha demi mendapat pengakuan dari dunia internasional bahwa mereka berpartisipasi dan komitmen menggunakan EBT dalam kegiatan operasionalnya.

Untuk mengembangkan REC, PLN bekerja sama dengan Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) Indonesia. Kerja sama tersebut tertuang dalam nota kesepahaman asistensi teknis inovasi produk EBT.


Baca Juga: PLN targetkan tambahan 167 stasiun pengisian kendaraan listrik tahun 2020

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, nantinya PLN dan CEIA Indonesia bekerja sama melakukan studi dan penelitian tentang REC yang disesuaikan dengan kondisi ketenagalistrikan di Indonesia.

Diharapkan REC akan menjadi produk layanan PLN dalam mendukung perkembangan penggunaan pembangkit EBT di Indonesia. Keberadaan REC juga diyakini akan menciptakan pangsa pasar yang lebih luas bagi EBT.

Sekadar catatan, hingga Desember tahun lalu PLN sudah mengoperasikan pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 7,68 gigawatt (GW). Ditargetkan, tahun 2025 nanti PLN dapat mengoperasikan pembangkit EBT lebih dari 15 GW.

Adapun untuk saat ini, PLN akan fokus mengeluarkan sertifikat EBT tersebut ke perusahaan-perusahaan sektor komersial dan industri.

Baca Juga: PLN Akan Memacu Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT)

"Dahulu pelaku usaha terpaksa memakai REC yang berbasis internasional dan harus keluar biaya mahal. Kami menginisiasi agar kebutuhan REC bisa dipasok dari dalam negeri," ungkap Darmo saat ditemui Kontan.co.id, Kamis (23/1).

Editor: Yudho Winarto