Dramatis! Vladimir Putin Deklarasikan Luhansk dan Donetsk Bukan Lagi Wilayah Ukraina



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin secara sepihak menyatakan bahwa dua bagian Ukraina Timur harus dianggap sebagai negara merdeka dalam eskalasi dramatis yang dikhawatirkan banyak orang dapat menyebabkan perang habis-habisan.

Melansir Daily Beast, dalam pidato di hadapan warganya pada hari Senin (21/2/2022), Presiden Rusia secara resmi mengumumkan "pengakuan langsung" dari wilayah pro-Kremlin di Luhansk dan Donetsk —yang membentang lebih dari 6.500 mil— sebagai wilayah independen dari Ukraina.

Putin tanpa dasar telah menuduh pasukan Ukraina melakukan "genosida" dan menyalahkan Kyiv atas kelanjutan pertumpahan darah di masa depan di wilayah tersebut.


Akan tetapi, sebelum pengakuan resminya atas negara-negara yang memisahkan diri, Putin menghabiskan sebagian besar pidatonya dengan mengecam Ukraina, NATO, dan AS karena gagal mengatasi ancaman keamanan yang diajukan oleh Kremlin dalam beberapa bulan terakhir.

“Jika Ukraina bergabung dengan NATO, itu akan menjadi ancaman langsung bagi keamanan Rusia,” kata pemimpin Rusia itu. 

Baca Juga: AS Sebut, Semua Tanda Tunjukkan Rusia Ada di Ambang Serang Ukraina

Dia meremehkan Ukraina sebagai negara yang tidak pernah memiliki tradisi kenegaraan asli, menuduh AS memeras Rusia dengan ancaman sanksi, dan memperingatkan upaya Barat yang mencoba meyakinkan Rusia bahwa NATO adalah aliansi yang cinta damai dan murni defensif.

Putin menambahkan, “Kami tahu nilai sebenarnya dari kata-kata seperti itu.”

Meskipun Putin tidak secara langsung mengatasi kekhawatiran yang berkembang bahwa Rusia berencana untuk menyerang Ukraina, ia tampaknya meletakkan dasar untuk perang dengan mengkarakterisasi potensi serangan militer Rusia sebagai tindakan membela diri. 

Baca Juga: Makin Tegang, Rusia Klaim 5 Penyusup Ukraina Tewas saat Terobos Perbatasan

"Moskow memiliki hak untuk mengambil tindakan pembalasan untuk memastikan keamanannya sendiri. Itulah tepatnya yang akan kami lakukan,” tegas Putin.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie