Duh, uji klinis calon vaksin corona di perusahaan ini dihentikan karena penyakit aneh



KONTAN.CO.ID - New York. Di tengah pandemi Covid-19, para peneliti terus berusaha menemukan vaksin corona. Namun, tak semua penelitian vaksin corona berlangsung lancar. Perusahaan Johnson & Johnson menghentikan uji klinis tahap tiga vaksin corona untuk sementara waktu.

Penghentian penelitian vaksin corona oleh Johnson & Johnson ini karena salah satu pesertanya mengalami sakit yang ''tak dapat dijelaskan''. "Kami telah menghentikan sementara pemberian dosis lebih lanjut dalam semua uji klinis kandidat vaksin Covid-19 kami, termasuk uji coba tahap 3, karena (muncul) penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada peserta studi," kata perusahaan Johnson & Johnson (J&J) dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin (12/10/2020).

Itu berarti, pendaftaran bagi 60.000 pasien untuk peserta uji klinis calon vaksin corona ditutup untuk sementara dan saat ini sedang dibentuk komisi keselamatan pasien yang independen.


Johnson & Johnson mengatakan bahwa munculnya "kejadian serius yang merugikan", seperti kecelakaan atau penyakit, adalah "bagian yang diharapkan dari setiap studi klinis, terutama studi besar".

Baca juga: Jangan terlewat, lelang rumah sitaan Bank Mandiri harga Rp 175 juta ditutup hari ini

Menurut pedoman perusahaan, jika hal itu terjadi maka uji klinis akan dihentikan sementara untuk menentukan apakah kasus itu terkait dengan obat yang sedang diuji coba, serta apakah penelitian dan uji klinis kemudian dapat dilanjutkan.

Tak ada masalah pada Uji klinis vaksin corona terhadap kera

Untuk program uji klinis tahap 3, Johnson & Johnson telah mulai merekrut peserta sejak akhir September, dengan tujuan mendaftarkan sampai 60.000 relawan di lebih dari 200 lokasi di AS dan di seluruh dunia. Negara lain tempat uji klinis sedang berlangsung selain AS adalah Argentina, Brasil, Chili, Kolombia, Meksiko, Peru dan Afrika Selatan.

Johnson & Johnson menjadi pembuat vaksin corona kesepuluh yang secara global sedang melakukan uji coba fase tiga, untuk memerangi pandemi Covid-19. Pemerintah AS telah memberi Johnson & Johnson dukungan finansial sekitar 1,45 miliar dollar AS (Rp 21 triliun) di bawah program Operation Warp Speed yang dicanangkan pemerintahan Trump.

Pengujian praklinis pada monyet rhesus macaque yang dipublikasikan di jurnal ilmiah "Nature" menunjukkan bahwa pengujian itu telah memberikan monyet tersebut perlindungan lengkap atau hampir lengkap terhadap infeksi virus di paru-paru dan hidung.

Editor: Adi Wikanto