KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit atau
crude palm oil (CPO) kembali berhasil menembus level RM 4.000 per ton. Namun, sayangnya, harga CPO untuk kontrak Juli 2021, merujuk pada Bursa Malaysia pada hari ini, Rabu (28/4) harus mengalami koreksi dan turun ke RM 3.951 per ton. Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, menjelaskan, salah satu faktor pemicu yang mendorong harga CPO tembus ke level RM 4.000 adalah data ekspor minyak sawit Malaysia yang cukup baik. Ekspor minyak sawit Malaysia pada periode 1-25 April 2021 dilaporkan naik 10,1% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya. Ekspor meningkat dari 1,01 juta ton menjadi 1,12 juta ton bulan ini.
“Namun, pada hari ini harga CPO memang terkoreksi. Hal ini tidak terlepas dari pasar yang sedang mengantisipasi hasil rapat The Fed dan antisipasi rilis data pertumbuhan inflasi Amerika Serikat (AS) pada tengah pekan ini. Tapi koreksi ini sebenarnya hal yang wajar,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Rabu (28/4).
Baca Juga: Ini sejumlah penggiring kenaikan harga CPO Saat ini, salah satu sentimen yang mungkin menghambat kenaikan harga CPO adalah terjadinya ledakan kasus positif Covid-19 di India yang berujung pada pemberlakuan
lockdown. Kendati demikian, Ibrahim menilai dampaknya relatif minim mengingat hanya satu negara bagian saja yang ditutup. Jadi permintaan impor India tidak akan turun drastis. Senada, Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono, juga melihat apa yang terjadi di India belum terlalu memberikan dampak yang signifikan. Pasalnya, permintaan dari China masih akan jadi faktor utama yang menentukan kondisi permintaan terhadap CPO. Apalagi, permintaan selama periode ramadan dan idul fitri, permintaan dari Indonesia dan Malaysia juga meningkat. “Kenaikan harga minyak CPO juga ditunjang oleh tren kenaikan harga minyak kedelai seiring Lembaga konsultasi agrikultur AgRural melaporkan panen kedelai di Brazil mencapai level terendah dalam satu dekade terakhir. Jadi, pelaku pasar mengkhawatirkan ketatnya pasokan minyak kedelai di AS," kata Wahyu. Lebih lanjut, Wahyu meyakini, permintaan akan CPO masih akan terus naik ke depan seiring dengan membaiknya ekonomi pasca vaksin. Pertumbuhan konsumsi domestik juga akan menjadi faktor utama penunjang kenaikan harga CPO.
Apalagi, dengan adanya tren peningkatan harga minyak mentah akan membuat penggunaan biodiesel menjadi lebih kompetitif seiring dengan pergeseran tren kebijakan bauran energi yang lebih ramah lingkungan. CPO yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel bisa menjadi substitusi minyak mentah sehingga ketika harga minyak mentah naik, Wahyu melihat harga CPO juga ikut naik.
Baca Juga: Prospek cerah, begini rekomendasi saham Indofood Sukses Makmur (INDF) Namun, seiring kenaikan permintaan CPO kelak juga akan merespon kenaikan suplai. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan produksi CPO Indonesia di sepanjang tahun ini naik 3,5% secara tahunan menjadi 49 juta ton dari realisasi tahun lalu di 47,4 juta ton. "Kenaikan pasokan ini nantinya bisa menjadi penahan harga CPO dan rawan memicu koreksi di level atas," imbuh Wahyu.
Editor: Noverius Laoli