Gagal menjadi Pengacara, sukses berbisnis fesyen olahraga (2)



Awalnya, Stephen Rubin bercita-cita menjadi pengacara. Namun nasib membawanya menjadi pengurus bisnis keluarga. Setelah ayahnya wafat, Rubin didapuk menjadi pemimpin Liverpool Shoe Company, perusahaan rintisan orang tuanya. Dia lantas mengganti nama perusahaan menjadi Pentland Group pada 1973. Sejak saat itu, dia banyak melakukan akuisisi untuk mengembangkan bisnis. Dia juga mampu membangun iklim bekerja yang baik di perusahaan.

Perjalanan karier Stephen Rubin melenceng dari latar belakang pendidikannya. Dia lulus dari University College dengan gelar sarjana hukum di London pada tahun 1958. Kala itu Rubin bercita-cita ingin jadi pengacara.

Tapi nasib membawanya ke tempat lain. Setelah gagal menjadi anggota parlemen di Streatham, Inggris selatan pada tahun 1959, ia memutuskan bergabung dalam perusahaan keluarga Liverpool Shoe Company. Dia menjadi direktur pelaksana di perusahaan tersebut selama 10 tahun. Setelah ayahnya wafat pada tahun 1969, iapun mengambilalih posisi direktur utama.


Rubin lantas mengubah nama perusahaan menjadi Pentland Group pada tahun 1973. Sejak itu perjalanan karir Rubin terbilang cukup cemerlang. Melansir laman resmi perusahaan, titik balik perusahaan produsen dan pemegang merek olahraga ini terjadi di tahun 1990. Selain berhasil menjual saham mayoritas di Reebok dengan harga 100 kali lipat dari harga beli, Rubin juga telah berhasil memperluas cakupan bisnis perusahaannya.

Salah satunya dengan membentuk produk olahraga seperti Berghaus dan Ellesse pada tahun 1990. Kedua merek ini telah secara resmi dimiliki oleh perusahaan keluarga miliknya. Selain itu, perusahaan Mitre Internasional juga berhasil dicaplok serta merek fesyen khusus atlet ternama asal London seperti Red or Dead dan KangaROOS.

Beranjak dari tahun 1990-an, di era tahun 2000-an Pentland juga melebarkan gurita bisnis dengan mendapatkan lisensi dari fesyen olahraga asal London Ted Baker untuk produk sepatu. Dia juga membeli perusahaan serupa yakni Boxfresh pada dekade yang sama.

Editor: Tri Adi