KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Kemungkinan resesi membayangi ekonomi Singapura. Menurut Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, dampak wabah virus corona terhadap ekonomi telah melebihi dampak Sars, atau sindrom pernafasan akut yang parah, pada tahun 2003. "Saya tidak bisa mengatakan apakah kita akan mengalami resesi atau tidak. Itu mungkin, tapi pasti ekonomi kita akan terpukul," katanya kepada wartawan, Jumat (14 Februari) saat berkunjung ke Terminal 3 Bandara Changi seperti yang dikutip
Straits Times. Dampaknya, khususnya di beberapa kuartal mendatang, akan menjadi signifikan karena negara itu memerangi "wabah yang sangat hebat".
Baca Juga: Kasus virus corona di kapal Diamond Princess bertambah 70, Kanada akan evakuasi warga "Ini sudah jauh lebih banyak daripada Sars, dan ekonomi kawasan itu saling terkait. China, khususnya, terkena dampak yang jauh lebih besar di kawasan itu," tambahnya. Mengutip
Straits Times, Singapura terkena Sars pada Maret 2003. Butuh waktu lima bulan, hingga Juli tahun itu, untuk memberantas penyakit ini di Negeri Merlion tersebut. "Itu, saya pikir, sangat cepat. Saya berharap tidak terlalu cepat kali ini," kata PM Lee.
Baca Juga: Update Corona: Terjangkit 69.032, meninggal 1.666, sembuh 9.390 (16/2-06.43 WIB) Singapura berupaya mengatasi penyakit coronavirus, yang dikenal sebagai Covid-19, yang pertama kali dilaporkan di kota Wuhan di China pada Desember. Jumlah kasus yang dikonfirmasi di Singapura telah meningkat terus - ada 58 sejauh ini, dengan setidaknya lima kelompok lokal. Industri pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terpukul. Itu sebabnya, pemerintah Singapura bersiap-siap untuk mengalami penurunan tajam kedatangan wisatawan antara 25% dan 30% tahun ini.
Baca Juga: Menkes Terawan tegaskan turis China tidak tertular corona di Bali Terkait hal itu,
Bloomberg melaporkan, Singapura akan menggelontorkan anggaran besar pada minggu ini untuk mengimbangi kerusakan pada ekonomi akibat dari virus corona, di mana para analis memperkirakan defisit terbesar dalam hampir dua dekade.
Menurut estimasi bilai tengah (median) dalam survei ekonom Bloomberg, kesenjangan fiskal Singapura dapat melebar menjadi 1,5% dari produk domestik bruto pada tahun fiskal yang dimulai 1 April. Ini merupakan level tertinggi sejak defisit sebesar 1,7% yang dicatat pada tahun keuangan 2001.
Baca Juga: Dampak wabah corona, pengusaha di China mempertimbangkan karyawan bekerja dari rumah Defisit tahun ini mungkin akan berada pada 0,3%, dibandingkan dengan proyeksi pemerintah sebelumnya sebesar 0,7%. Selain itu, lanjut
Bloomberg, Singapura juga sudah merencanakan dukungan untuk bisnis yang terkena perang dagang ketika virus corona pecah pada awal tahun ini. Negara kota, yang memiliki lebih dari 60 kasus infeksi virus, kehilangan sebanyak 20.000 wisatawan per hari di tengah pembatasan perjalanan.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie