Genjot ekonomi, Thailand akan perluas hak panen tanaman ganja untuk medis



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Thailand saat ini tengah memperluas hak panen tanaman mariyuana alias ganja untuk dokter, rumah sakit, dan petani untuk kepentingan medis. Aturan baru ini salah satunya ditujukan untuk menarik wisatawan medis, serta meningkatkan pendapatan lokal.

Ganja bisa saja menjadi jawaban bagi perekonomian Thailand yang sedang sakit, terutama sektor pariwisata dan pertaniannya. Lewat perluasan hak panen ini, diharapkan bisa menjadi dorongan baru yang memudahkan budidaya tanaman ganja untuk sektor swasta termasuk penjualan mariyuana medis.

Pemerintah Thailand sejatinya telah mengamandemen Undang-Undang Narkotika pada 4 Agustus lalu. Pemerintah Thailand saat ini sedang melakukan dorongan untuk mengizinkan operator medis swasta. Termasuk legalisasi beberapa praktik pengobatan tradisional dan juga petani untuk menanam dan memperdagangkan tanaman ganja. Utamanya, ditujukan untuk kebutuhan ekspor dan impor.


Baca Juga: Gagalkan narkoba dari ISIS, Italia catat rekor penangkapan terbesar di dunia

Tahapan baru Thailand ini memperluas kebijakan yang sebelumnya telah dikeluarkan Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul. Seperti dikutip Bloomberg, Minggu (9/8), Thailand bertaruh dan meyakinkan pemangku kebijakan bahwa legalisasi ganja yang terkontrol akan meningkatkan sektor ekonomi seperti kesehatan, perjalanan alias pariwisata dan juga pertanian.

Rencana terbaru ini akan mencabut batasan yang sebelumnya berlaku. Asal tahu saja, sejak tahun 2018 Thailand sudah menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang melegalkan penggunaan tanaman ganja untuk pengobatan. Hal itu juga diikuti dengan pembukaan sebuah klinik mariyuana-medis di fasilitas milik Kementerian Kesehatan yang menawarkan obat gratis kepada pasiennya.

Klinik itu belum termasuk 147 klink resmi di negara yang saat ini sudah memperbolehkan mariyuana sebagai resep pengobatan. "Thailand sudah menjadi tujuan wisata bagi banyak orang asing, dan ganja akan menjadi daya tarik lain bagi negara dan wisatawan medis," kata Marut Jirasrattasiri, Direktur Jenderal Departemen Pengobatan Tradisional dan Alternatif Thailand, dalam sebuah wawancara.

Baca Juga: Belanda izinkan lagi penjualan ganja di tengah penguncian corona, ada apa?

Editor: Khomarul Hidayat