Goldman Sachs kerek prediksi nikel karena tiga alasan ini, salah satunya Indonesia



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perseteruan perdagangan antara AS-China yang sedang berlangsung menyebabkan sejumlah harga komoditas tertekan. Sebut saja tembaga. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan nikel. Melansir situs smallcaps.com, harga komoditas ini sudah meroket hampir 80% sejak awal tahun ini akibat didorong oleh kekhawatiran pasokan dari Indonesia dan berkurangnya cadangan nikel.

Salah satu faktor yang mendorong pergerakan harga nikel pada pekan lalu adalah adanya berita negara penghasil nikel terbesar di dunia -Indonesia- akan melarang ekspor nikel mulai Januari tahun depan. Pelarangan itu dua tahun lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan semula.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) dukung percepatan larangan ekspor bijih nikel


Larangan tersebut menyebabkan harga nikel melonjak menjadi US$ 18.620 per ton pada hari Senin (2/9) sebelum akhirnya turun menjadi US$ 17.900 per ton pada Rabu (4/9) lalu.

Harga nikel yang terus melambung tinggi dan minimnya pasokan mendorong Goldman Sachs untuk menaikkan perkiraan harga nikel dalam 12 bulan ke depan dari US$ 16.000 per ton menjadi US$ 22.000 per ton.

Baca Juga: Larangan ekspor Indonesia bikin harga nikel China terbang ke level rekor

Larangan ekspor nikel Indonesia

Direktur Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Bambang Gatot Ariyono mengatakan, Indonesia akan mulai menetapkan larangan dalam empat bulan ke depan. Menurutnya, kebijakan ini bertujuan untuk memastikan keamanan cadangan nikel Indonesia.

Dia menjelaskan, jumlah cadangan nikel Indonesia saat ini mencapai 698 metrik ton, yang akan digunakan untuk memasok fasilitas pemurnian bijih negara dalam kurun waktu kurang dari tujuh tahun.

“Pemerintah perlu mengambil langkah antisipatif sehingga usia cadangan dapat memenuhi usia ekonomis smelter,” katanya.

Indonesia berencana untuk menggunakan nikel dan mineral lainnya untuk memproduksi baterai lithium-ion di dalam negeri. Seperti yang diketahui, saat ini Indonesia tengah menggeber jumlah produksi kendaraan listriknya.

Baca Juga: Program mobil listrik digalakkan, bagaimana kesiapan industri hulunya?

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie