KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pembiayaan memperkirakan ada potensi kenaikan biaya dana (
cost of fund) perseroan pada semester II/2022 seiring kenaikan giro wajib minimum (GWM). Seperti diketahui, Bank Indonesia akan melakukan penyesuaian secara bertahap giro wajib minimum rupiah. Aturan giro minimum bank konvensional ini akan kembali dikerek menjadi 7,5% pada 1 Juli 2022, dan menjadi 9% mulai 1 September 2022. Sementara, kewajiban minimum GWM rupiah untuk bank umum syariah dan unit usaha syariah yang saat ini 4% naik menjadi 4,5% mulai 1 Juni 2022, menjadi 6% mulai 1 Juli 2022 dan menjadi 7,5% mulai 1 September 2022.
PT Federal International Finance (FIF Group) mengaku dengan adanya keputusan BI dalam menaikkan GWM yang akan memperketat likuiditas perbankan tentunya akan berdampak terhadap
cost of fund perseroan ke depan.
Baca Juga: Dorong Kinerja, Multifinance Masih Gencar Adakan Event Virtual "Di semester II akan berdampak ke biaya pendanaan kami. Belum lagi ada isu Bank Indonesia naikkan BI rate. Berdasarkan perhitungan,
cost of fund perseroan berpotensi mengalami kenaikan sebesar 50-75 basis poin (bps) pada semester II/2022," jelas Presiden Direktur FIF Group Margono Tanuwijaya kepada kontan.co.id. Terkait adanya potensi kenaikan biaya dana, Margono menyebut, tidak menutup kemungkinan perseroan akan menaikkan suku bunga pinjaman kepada nasabah. Namun tidak akan diterapkan di seluruh lini bisnis pembiayaan perseroan. "Nanti kita lihat di
marketing. Saat kondisi itu terjadi, tentunya kami akan naikkan suku bunga pinjaman. Tentunya tidak di semua lini bisnis, tergantung kompetisinya seperti apa. Akan kami hitung lini bisnis yang mana dan di wilayah mana," tutur Margono. Sementara itu, PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk alias WOM Finance menerangkan, bahwa sampai dengan saat ini, biaya dana masih relatif stabil. "Namun melihat adanya kenaikan suku bunga yang saat ini terjadi, maka kemungkinan biaya dana akan mengalami kenaikan di sekitar kuartal III 2022. Kenaikan suku bunga dana berkisar antara 25-50 bps," Presiden Direktur WOM Finance Djaja Suryanto Sutandar. Djaja mengatakan, perusahaan akan memantau kenaikan suku bunga tersebut seiring waktu dan keputusan menaikkan suku bunga konsumen belum ada saat ini. "Namun hal ini akan kami monitoring secara regular," katanya.
Baca Juga: Industri Multifinance Berencana Mengerek Suku Bunga Sampai dengan akhir tahun, perseroan memproyeksikan pembiayaan masih menunjukkan kondisi yang semakin membaik seiring dengan pulihnya ekonomi. WOM memproyeksikan nilai piutang hingga akhir tahun 2022 adalah sebesar Rp 5,3 triliun, meningkat 15% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yaitu sebesar Rp 4,6 triliun. Dalam mendongkrak pembiayaan, perusahaan berupaya meningkatkan pembiayaan konsumen melalui pengadaan program promosi yang menarik dan pemasaran secara digital, seperti WOMbastis,
virtual event & exhibition, dan promosi tematik lainnya.
Editor: Tendi Mahadi