Hadapi China, ini strategi baru perang maritim AS di Laut China Selatan



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan strategi baru untuk mengintegrasikan pasukan maritimnya, termasuk penjaga pantainya (US Coastguard), untuk melawan kehadiran China yang semakin meningkat di Laut China Selatan.

Dalam strategi perang maritim Amerika yang baru untuk dekade berikutnya, Angkatan Laut AS, Korps Marinir dan Penjaga Pantai telah bersama-sama berjanji untuk membangun "kekuatan angkatan laut semua-domain yang terintegrasi" dan menyerukan untuk memperkuat aliansi maritim. Mereka menyebut China "ancaman strategis jangka panjang yang paling mendesak".

Strategi yang berjudul Advantage at Sea dan diterbitkan bulan lalu tersebut, mendefinisikan tujuan angkatan laut AS sebagai "menjaga kebebasan laut, mencegah agresi, dan memenangkan perang".


"Perilaku China dan percepatan pertumbuhan militer menempatkannya pada lintasan yang akan menantang kemampuan kami untuk terus melakukannya. Kami berada pada titik perubahan," demikian strategi perang maritim AS terbaru yang dikutip South Morning China Post.

Baca Juga: Dapatkah Trump dicopot dari jabatannya sebelum 20 Januari 2021?

Strategi maritim AS ini adalah yang pertama sejak 2015, dan datang pada saat China dan AS meningkatkan aktivitas "zona abu-abu" untuk memproyeksikan kekuatan di bawah ambang batas yang dapat mendorong respons militer konvensional.

Pemerintah China mengklaim hampir 90% Laut China Selatan yang kaya sumber daya, berdasarkan apa yang mereka sebut sembilan garis putus-putus yang telah mendapat tantangan keras dari tetangganya termasuk Vietnam, Filipina, Brunei dan Malaysia.

Klaim China yang diputuskan pada tahun 2016 oleh pengadilan PBB tidak memiliki dasar hukum.

Jalur laut yang tersibuk di kawasan ini, juga menjadi titik api potensial antara China dan AS, mengingat lokasi geostrategisnya.

Sbenarnya penjaga pantai akan berperan di Laut China Selatan, tetapi Penjaga Pantai AS (US Coastguard) memiliki sejarah panjang keterlibatan dalam keterlibatan keamanan AS di wilayah tersebut, seperti mengambil bagian dalam latihan pelatihan antara Armada Pasifik AS dengan negara-negara Asia Tenggara, kata Collin Koh, seorang peneliti di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Singapura.

“Strategi maritim tiga layanan baru ini pada dasarnya mengabadikan kebiasaan yang sudah ada sebelumnya yakni kerja sama dan koordinasi, dan berfungsi sebagai kerangka kerja panduan tentang bagaimana pasukan maritim AS ini bekerja sama dan mengumpulkan kekuatan mereka untuk melawan aktivitas maritim China," katanya.

Derek Grossman, analis pertahanan senior di lembaga pemikir AS, Rand Corporation mengatakan AS mungkin dapat secara lebih efektif mencegah aktivitas China dengan cara ini. Meskipun juga dapat dibayangkan bahwa China akan meningkatkan konflik dengan membawa Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China.

Baca Juga: Kini kekuasaan Xi Jinping atas militer China semakin besar

Editor: Khomarul Hidayat