Harga Batubara Naik, Kinerja Indocemet Tunggal Prakarsa (INTP) Diramal Masih Solid



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus mengalami penguatan. Menurut catatan Kontan sebelumnya, harga batubara terus menanjak hingga US$ 198,5 per ton hingga kemarin Selasa (18/1) atau naik 42,24% sejak awal tahun. Kenaikan harga batubara itu berpotensi memberatkan kinerja emiten-emiten semen, termasuk PT Indocemet Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). 

Analis Reliance Sekuritas Sekuritas Anissa Septiwijaya mengungkapkan, kenaikan harga batubara memang dapat berdampak negatif pada margin perusahaan. Akan tetapi berkaca dari kinerja hingga kuartal III tahun 2021, INTP masih mampu menjaga marginnya, baik dari sisi Gross Profit Margin (GPM) maupun Operating Profit Margin (OPM).

Sekadar mengingatkan, kenaikan harga batubara sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu cukup memberatkan emiten-emiten semen. Adapun sebagai salah satu upaya menjaga margin, INTP menaikkan harga produk. Walau memang, kenaikannya tidak terlalu signifikan mengingat persaingan yang ketat di industri semen. 


Adapun prospek penjualan di tahun 2020 diprediksi akan lebih baik dibanding tahun lalu. Pemicunya, kinerja emiten properti yang mulai positif ditandai dari kenaikan marketing sales di tahun 2021. 

Baca Juga: Harga Nikel Bullish, Simak Rekomendasi Saham Vale Indonesia (INCO)

"Sehingga dengan demikian, secara tidak langsung juga dapat meningkatkan konsumsi semen domestik. Tak hanya itu, pemulihan ekonomi juga turut menjadi katalis positif," jelas Anissa kepada Kontan.co.id, Rabu (19/1). 

Ia memproyeksikan pendapatan dan laba bersih INTP bisa menyentuh masing-masing Rp 15,04 triliun dan Rp 2,1 triliun sepanjang tahun ini. Selain pemulihan ekonomi dan pemulihan sektor properti yang didukung perpanjangan insentif, kinerja INTP juga ditopang konsistensi perusahaan dalam efisiensi serta posisi keuangan yang kuat.

Sementara itu dalam riset Henan Putihrai Sekuritas yang ditulis Robertus Hardi dan Andreas Tarigan diungkapkan, proyeksi pendapatan INTP bisa menyentuh Rp 15,81 triliun di tahun 2022. Adapun laba bersihnya diprediksi mencapai Rp 1,70 triliun. 

Capaian tersebut akan lebih baik dibanding akhir tahun 2021 yang diperkirakan mencapai Rp 14,9 triliun dan Rp 1,55 triliun untuk pendapatan dan laba bersihnya. 

Dalam risetnya dijelaskan, perbaikan kinerja di tahun 2022 ini tidak terlepas dari volume penjualan yang diperkirakan membaik. Henan Putihrai Sekuritas memproyeksikan, volume penjualan INTP di tahun 2022 akan mencapai 18,7 ton. Angka ini meningkat dibanding tahun 2021 yang kemungkinan mencapai 17,8 ton. 

Baca Juga: Awal Tahun 2022, Harga Saham BUMN Tren Turun, Mana yang Bagus Dibeli?

Perbaikan volume penjualan terjadi seiring dengan permintaan nasional yang pulih. Oleh karenanya, produsen semen domestik juga tidak menutup kemungkinan untuk terus meningkatkan average selling price (ASP) mereka. 

Melihat hal tersebut, saham INTP masih direkomendasikan buy dengan target harga Rp 15.000 per saham. Rekomendasi itu juga mempertimbangkan kuatnya balance sheet dan capital structure INTP yang ditandai dengan posisi kas bersih. 

"Kami sangat menyukai Perseroan karena kemampuannya untuk mempertahankan dividen payout ratio lebih dari 100%, sambil mempertahankan posisinya sebagai salah satu produsen semen terbesar dan pemimpin pangsa pasar di negara ini," seperti yang dikutip dalam riset Henan Putihrai Sekuritas.

Di sisi lain, Anissa juga merekomendasikan buy saham INTP dengan target harga Rp 14.600 per saham. 

Editor: Tendi Mahadi