Harga batubara yang belum stabil berpotensi tekan industri alat berat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren pergerakan harga batubara yang belum stabil masih menjadi batu sandungan bagi pemain industri alat berat. Hal ini pada gilirannya diperkirakan bakal memengaruhi permintaan dan produksi alat berat hingga setahun ke depan.

Jamaluddin, Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), memperkirakan bahwa produksi alat berat tahun ini berpotensi merosot hingga sebesar 7% dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Begini realisasi produksi mineral hingga awal Maret 2020 ini


Sebagai gambaran, sebelumnya realisasi produksi alat berat di tahun 2019 mencapai angka 6060 unit. Secara terperinci, angka ini terdiri atas sebanyak 5.526 unit hydrauilc excavator, 424 unit bulldozer, 59 unit dump truck, dan 51 unit motor grader

Dengan asumsi penurunan sebesar 7% year-on-year (yoy), maka realisasi produksi hingga tutup tahun 2020 nanti diperkirakan hanya mencapai kurang lebih 5.635 unit saja.

Menurut penjelasan Jamaluddin, proyeksi penurunan produksi didasarkan pada ketidakpastian tren harga komoditas, utamanya komoditas batubara pada sektor pertambangan. “Alat berat banyak digunakan di pertambangan, sehingga kalau batu bara turun efeknya sangat besar di alat berat,” kata Jamaluddin ketika dihubungi oleh Kontan.co.id (12/03).

Lebih lanjut, Jamaluddin menjelaskan bahwa tren pergerakan harga komoditas yang belum stabil bisa mengurangi geliat industri pertambangan. Hal ini pada gilirannya juga akan berdampak pada permintaan alat berat di sektor pertambangan.

Baca Juga: Harga komoditas belum pulih, United Tractors pasang target konservatif

Sedikit informasi, sektor pertambangan memiliki kontribusi sekitar 15% dalam menyerap pasokan alat berat dalam negeri pada tahun 2019 lalu. Sementara itu, sebanyak 85% sisanya diserap oleh sektor agribisnis (agro) sebesar 30%, kehutanan (forestry) 30%, dan konstruksi sebesar 25%.

Editor: Tendi Mahadi