Harga Bitcoin Terus Tertekan hingga ke Level US$ 50.000, Begini Prospeknya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) merosot dari puncaknya di US$ 70.000 menjadi di bawah US$ 60.000 dalam waktu kurang dari tujuh hari. Rilisnya data laporan pekerjaan bulan Juli Amerika Serikat (AS) pada Jumat (2/8) jadi salah satu sentimennya. 

Berdasarkan data dari CoinmarketCap, harga Bitcoin turun 17,00% menuju level US$ 50.404 pada perdagangan Senin (5/8) pukul 13.40 WIB. 

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan bahwa penurunan harga Bitcoin ini terjadi setelah AS merilis laporan pekerjaan bulan Juli pada Jumat malam.


Laporan tersebut menunjukkan bahwa ekonomi AS mungkin berada dalam kondisi yang lebih mengkhawatirkan daripada yang diyakini banyak orang, dengan tingkat pengangguran melonjak hingga 4,3%, tertinggi sejak Oktober 2021. 

Baca Juga: AS Terancam Resesi, Bitcoin dan Ether Anjlok

“BTC jatuh ke level terendah dalam tiga minggu di bawah US$ 60.000, kehilangan lebih dari sepuluh ribu dolar dalam waktu kurang dari seminggu,” kata Fyqieh dalam risetnya, Senin (5/8).

Fyqieh memprediksi, pada pekan kedua Agustus ini, BTC akan kembali melemah. Hal ini seiring dengan likuidasi pasar kripto yang meningkat pesat di tengah aksi jual besar-besaran di pasar Jepang.

Dia mengatakan bahwa aksi jual kripto semakin intensif pada jam perdagangan Asia karena Nikkei Jepang anjlok 7% lagi pada jam-jam awal perdagangan Senin (5/8).

“Anjloknya Nikkei baru-baru ini telah memperpanjang kerugian indeks hingga lebih dari 20% dari puncaknya pada bulan Juli,” kata dia. 

Selain itu, Fyqieh mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel juga memicu volatilitas pasar yang lebih luas dan memicu jatuhnya pasar kripto termasuk Bitcoin saat ini.

Baca Juga: Pasar Aset Kripto di Indonesia Bergairah, Cuma Pedagang Lokal Kurang Kompetitif

Menurut dia, pergerakan harga Bitcoin semakin cepat mengalami penurunan pada Rabu (31/7) setelah Federal Reserve AS memutuskan untuk tidak memangkas suku bunga seperti yang diharapkan banyak investor. Keputusan ini mengejutkan pasar, sehingga memicu aksi jual yang signifikan di kalangan trader dan investor.

Editor: Noverius Laoli