Harga Gas Alam di Eropa Naik di Tengah Lebihnya Pasokan AS, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam masih dalam tekanan. Cuaca yang mulai hangat di awal musim semi hingga pelemahan ekonomi China menjadi pemberatnya.

Mengutip Trading Economics, harga gas alam turun 0,67% ke US$ 1,645/MMBtu pada Senin (25/3) pada pukul 22.00 WIB. Sedangkan pada Selasa (26/3) turun 0,223% ke level US$ 1,786 pada pukul 19.40 WIB. Kemudian dalam sepekan, harganya juga telah turun 0,604% dan sebulan terakhir ambles sebesar 0,55%.

Padahal, harga gas alam di Eropa mengalami lonjakan yang signifikan, melampaui 2% hingga mencapai 29 Euro per megawatt-jam (MWh) pada Senin (25/3). Lonjakan tersebut terjadi setelah muncul laporan tentang serangan Rusia terhadap fasilitas penyimpanan gas alam bawah tanah di Ukraina.


Baca Juga: Beban Berat Pengganti Jokowi, Produksi Minyak Terus Merosot, Konsumsi Kian Menanjak

Meskipun terjadi peningkatan, perusahaan energi negara Ukraina Naftogaz meyakinkan bahwa pasokan gas ke konsumen Ukraina tetap tidak terpengaruh.

Pengamat Komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono mencermati, kenaikan harga gas alam di Eropa tersebut, tidak berpengaruh terhadap harga gas bursa Nymex Amerika Serikat (AS), karena di Eropa tidak ada permasalahan over supply.

Sedangkan di AS sendiri, sedang mengalami over supply akibat banyaknya produksi namun sedikitnya permintaan.

Wahyu mengatakan, sentimen yang membuat harga gas alam turun di bursa Nymex AS karena musim dingin di Eropa dan Amerika Serikat lebih hangat. Dia mengungkapkan, secara global pada bulan Februari - Maret 2024, merupakan bulan terpanas yang pernah tercatat, sehingga permintaan gas untuk bahan penghangat lebih rendah dari biasanya.

Baca Juga: Pasokan Gas Melalui Pipa Tahun 2024 Mengalami Defisit, PGAS dan GTSI Menuai Berkah

Wahyu menyebutkan, sentimen selanjutnya karena jumlah persediaan gas alam AS mencapai hingga 3.836 tcf, lebih tinggi dibandingkan empat tahun sebelumnya. Bahkan pada tahun 2020, stok gas alam mencapai puncaknya yang sebesar 3.958 tcf.

"Banyaknya pasokan, namun tidak diiringi dengan meningkatnya permintaan tentu akan melemahkan harga gas alam," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/12).

Editor: Noverius Laoli