KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelemahan harga komoditas masih menjadi momok perusahaan tambang Batubara. Hal ini berdampak pada proyeksi target kinerja perusahaan penyedia jasa tambang batubara, baik dari sisi kontraktor tambang maupun jasa angkut tambang. Sejumlah emiten jasa tambang pun memasang target konservatif tahun depan. Misalkan, PT United Tractors Tbk (
UNTR). Melalui anak usahanya yakni Pamapersada Nusantara (Pama), kinerja segmen kontraktor pertambangan Batubara UNTR hanya ditargetkan tumbuh 4%-5%, turun dari target volume produksi tahun ini yang diproyeksi naik hingga 15%. “Jadi bicara kenaikan di 2024 sebenarnya sangat moderat,” terang Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR kepada Kontan.co.id, Kamis (21/12).
PT Dana Brata Luhur Tbk (
TEBE) juga memasang sikap konservatif, dengan mengestimasikan volume pengangkutan (barging) batubara tahun depan akan sama dengan tahun ini.
Baca Juga: Dana Brata Luhur (TEBE) Pasang Target Konservatif Tahun Depan Direktur Dana Brata Luhur, Hendy Narindra Dewantoro memproyeksi, volume angkutan tahun depan ada di angka 9,5 juta ton, sama dengan estimasi tahun ini. “TEBE meyakini bahwa harga batubara tahun 2024 masih akan tertekan. Sehingga kami akan menggunakan target pengangkutan konservatif di tahun 2024,”terang Hendy saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (21/12). Realisasi angkutan per November 2023 sudah mencapai 8,58 juta metrik ton, dan diperkirakan realisasi tahun ini bisa mencapai 9,3 juta ton hingga 9,5 juta ton. Jika dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 12 juta ton, maka terdapat penurunan volume angkut tahun ini sebesar 20% secara
year-on-year (yoy). Hal ini juga berdampak pada turunnya estimasi pendapatan TEBE tahun depan dan tahun ini. “Tentunya ada revisi (turun),” sambung dia. Sebelumnya, TEBE menargetkan pendapatan tahun ini menembus angka Rp 690 miliar. Sementara itu, PT Samindo Resources Tbk (
MYOH) belum bisa memastikan target produksi
overburden (OB)
removal tahun depan.
Baca Juga: Petrindo Jaya (CUAN) Bocorkan Kisi-Kisi Aksi Akuisisi pada 2024 Corporate Secretary Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir mengaku, target produksi dan rencana bisnis MYOH sangat bergantung dari keputusan klien. “Karena targetnya terus berubah dari klien, kadang lebih tinggi kadang lebih rendah. Jadi
business plan kami juga menyesuaikan, kami masih
follow-up terus ke klien,” kata Zaki, Kamis (21/12). Adapun volume OB removal MYOH menurun 18,8% menjadi 20,3 juta bank cubic meter (bcm) per akhir September 2023. Hingga akhir tahun, MYOH menargetkan memproduksi 35.3 juta bcm OB removal. Sampai saat ini, MYOH masih berfokus dengan pelanggan yang sudah ada. “Sumber daya kami sudah dialokasikan semua untuk
existing client,” sambung Zaki.
Zaki meyakini, kinerja MYOH tahun depan akan membaik. Salah satu pendorongnya yakni adanya dampak akuisisi PT Transkon Jaya Tbk (
TRJA) oleh MYOH. Setelah akuisisi, MYOH akan menjadi pengendali baru TRJA. Hal ini membuat laporan keuangan TRJA akan dikonsolidasi dengan MYOH.
Baca Juga: Petrindo Jaya (CUAN) Beri Kisi-Kisi Ihwal Rencana Aksi Korporasi pada Tahun Depan “Tentu akan ada penambahan, baik dari sisi pendapatan dan neraca,” pungkas dia. Sementara itu, PT Darma Henwa Tbk (
DEWA) masih terus menjalin pembicaraan kontrak dengan calon pelanggan baru yang akan diputuskan tahun depan. Namun, DEWA mengupayakan volume kontrak dari pelanggan utama saat ini, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia (AI), tetap naik tahun depan.
Editor: Noverius Laoli