Harga Minyak Dunia Masih Bullish, Bagaimana Prospek ke Depan?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia diprediksi akan bullish sampai akhir tahun. Diperkirakan harga minyak WTI di akhir tahun akan bertengger di level US$ 85 - US$ 90 per Bbl.

Pada Rabu (30/8) pukul 19.53 WIB, harga minyak WTI naik 0,37% ke US$ 81,54/Bbl. Sementara minyak Brent naik 0,32% ke US$ 85,81/Bbl.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, minyak mentah naik ke level tertinggi dalam periode sepekan. Pelemahan dolar AS di hari Selasa mendukung harga energi. Selain itu, tindakan China untuk memulihkan kepercayaan terhadap perekonomiannya dapat meningkatkan pertumbuhan dan permintaan energi. 


"Selain itu setelah bank-bank milik negara terbesar di negara tersebut bersiap untuk memotong suku bunga atas utang hipotek rumah senilai triliunan yuan untuk pertama kalinya sejak krisis global mendorong bullish harga minyak mentah," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (30/8).

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Kembali Menguat (30/8), Brent ke US$85,91 dan WTI ke US$81,66

Meski begitu, masih terdapat beberapa sentimen yang bisa melemahkan harga minyak dunia. Sutopo menuturkan, berita ekonomi AS pada hari Selasa menandakan pelemahan perekonomian yang berdampak negatif terhadap permintaan energi dan harga minyak mentah.

Lowongan kerja JOLTS bulan Juli turun 338.000 ke level terendah dalam dua hingga setengah tahun sebesar 8.827 juta, lebih lemah dari ekspektasi sebesar 9.500 juta. Kemudian, indeks kepercayaan konsumen Conference Board AS pada bulan Agustus turun 7,9 menjadi 106,1 atau lebih lemah dari ekspektasi 116.

Kemudian, faktor penurunan harga minyak mentah lainnya dari laporan Bloomberg yang mengatakan pemerintahan Biden sedang melakukan pembicaraan dengan Venezuela. Hal itu untuk menjajaki pencabutan sementara sanksi AS terhadap Venezuela dengan imbalan memungkinkan pemilu yang adil tahun depan.

"Pencabutan sanksi AS akan memungkinkan ekspor minyak mentah dari Venezuela ke pasar global, sehingga meningkatkan pasokan," katanya.

Lalu, peningkatan ekspor minyak mentah Iran meningkatkan pasokan global dan memberikan dampak buruk bagi harga minyak. Menurut TankerTrackers.com, ekspor minyak mentah Iran naik ke level tertinggi dalam 5 tahun sebesar 2,2 juta barel per hari selama 20 hari pertama bulan Agustus, dengan sebagian besar minyak mentah dikirim ke Tiongkok.

Lainnya dari kemajuan yang dicapai dalam hubungan Iran-AS. Menurut Sutopo, hubungan tersebut dapat mengarah pada ekspor minyak mentah yang lebih tinggi dari Iran setelah Iran mengatakan kesepakatan baru-baru ini dengan AS mengenai pembebasan tahanan dan pembekuan dana Iran dapat mengarah pada diplomasi di bidang lain, termasuk program nuklirnya.

"Kesepakatan mengenai program nuklir Iran dapat mendorong AS dan sekutunya untuk menghapus sanksi terhadap ekspor minyak mentah Iran, sehingga meningkatkan pasokan minyak mentah global," sambungnya.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Lanjut Menguat di Perdagangan Rabu (30/8)

Lalu impor minyak mentah Tiongkok pada bulan Juli turun 19% secara bulanan (MoM) menjadi 10,33 juta barel per hari, volume terkecil dalam 6 bulan. Vortexa mengatakan persediaan minyak mentah Tiongkok telah meningkat hingga mencapai rekor 1,02 miliar Bbl pada 27 Juli.

Selanjutnya, penurunan permintaan minyak mentah di India sebagai konsumen minyak mentah terbesar ketiga di dunia memberikan dampak buruk bagi harga minyak. Impor minyak mentah India bulan Juli turun 6,3% secara tahunan (YoY) menjadi 19,3 MMT atau terendah dalam 8 bulan.

Meski dibayangi berbagai sentimen negatif, Sutopo berpendapat harga minyak mentah dunia masih bullish yang didukung sejumlah faktor. Pertama, minyak mentah mendapat dukungan dari kekhawatiran bahwa Ukraina dapat melakukan pembalasan terhadap kapal-kapal Rusia di Laut Hitam jika Rusia terus memblokir pelabuhan Ukraina.

Editor: Tendi Mahadi