Harga rumah seken turun hingga 20%, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak dari pandemi covid-19 membuat harga rumah bekas alias seken turun cukup signifikan. Hal itu dikarenakan adanya penurunan daya beli masyarakat terhadap pembelian rumah.

Anjloknya harga rumah secondary di sejumlah wilayah memberi sinyal bahwa pertumbuhan sektor properti sedang menurun.

Agen East2West Property Jessica Leonard mengungkapkan, penurunan harga rumah mewah bekas di kala pandemi Covid-19 di antaranya terjadi di kawasan penyangga. Seperti di area Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang Selatan, Alam Sutera, dan Gading Serpong.


"Penurunannya sampai dengan 20%, untuk rumah mewah di Jakarta penurunan terbesar karena harga awal yang sudah tinggi. Untuk rumah mewah di area subur seperti kawasan pengembangan kota mandiri seperti BSD, Alam Sutera, Gading Serpong relatif lebih kecil penurunannya. Disamping itu di area ini investor bisa dikategorikan masih kuat dibandingkan end user," jelas Jessica kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11).

Penyebab penurunan harga rumah bekas di BSD tidak terlalu dalam karena harga rumah di BSD umumnya dimulai dari Rp 1 miliar atau lebih. Berbeda dengan Pondok Indah yang harga termurahnya berada di kisaran Rp 20 miliar, sehingga penurunan pun jauh lebih dalam.

Baca Juga: Repower Asia (REAL) mulai pengerjaan proyek Perumahan Botanical Puri Asri Tahap II

"Tren secondary ada koreksi mengingat beberapa investor/owner yang memiliki kebutuhan mendesak, jadi perlu relokasi dana untuk kebutuhan hidup. Bagi investor dan owner yang tidak ada keperluan, umumnya masih keep properti untuk investasi jangka panjang," katanya.

Sementara untuk market primary di kelas atas area BSD & Serpong ini sangat kuat. Di atas Rp 15 miliar sampai di atas Rp 25 miliar. Menurutnya malah semakin kuat.

"Tren primary naik semua. Area Serpong dan Bogor, penjualan di angka bawah, menengah dan atas, semua sold out," ungkap Jessica.

Ia juga menyebut, proyek-proyek yang masih sangat bagus penjualannya yaitu di area BSD, Summarecon Serpong & Bogor, Paramount Serpong, dan Alam Sutera.

Sementara di lower market ada Tenjo Metropolis dan Tenjo Podomoro, Samanea. "Proyek-proyek jangkung agak selektif buyer tapi masih ada pembeli dengan jumlah yang tidak besar," tambahnya.

Menurutnya, prospek akhir tahun masih bagus, masih ramai pengguna dan investor mencari properti sesuai kebutuhan.

"Khusus investor yang dicari harga Butuh Uang (BU), karena mereka ingin dapatkan gain saat nanti.  Khusus end user - mereka lebih realistis untuk harga BU namun tetap selektif," ujarnya.

Editor: Yudho Winarto