Harga saham-saham lapis bawah melejit, cermati tips berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham lapis kedua dan ketiga dengan kapitalisasi pasar kecil masih mendominasi jajaran saham dengan penguatan tertinggi (top gainers) sepanjang Mei 2021.

Equity Research Coordinator Erdikha Elit Sekuritas Hendri Widiantoro menilai, menguatnya saham-saham lapis bawah tidak terlepas dari tertekannya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Bursa saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dari terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama kuartal pertama masih minus tapi membaik. Akan tetapi, tampaknya para pelaku pasar sudah priced-in terlebih dahulu, sehingga respons terhadap perbaikan ekonomi kuartal pertama 2021 tidaklah signifikan. Terlebih, pasar juga menantikan bagaimana pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2021, apakah dapat kembali tumbuh positif atau tidak. 


Tekanan berlanjut terhadap sentimen kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di beberapa negara seperti India dan Malaysia baru-baru ini, termasuk lonjakan di Singapura dan Taiwan, yang membuat para pelaku pasar khawatir.

Baca Juga: IHSG masih loyo, saham second liner ini bisa jadi pilihan

Tidak berhenti sampai di situ, sentimen berikutnya datang dari kekhawatiran tingginya tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) yang memicu adanya potensi kenaikan suku bunga oleh The Fed selaku bank sentral. Kenaikan suku bunga ini dikhawatirkan dapat memicu gejolak pasar karena perubahan yang terjadi secara tiba-tiba (taper tantrum).

Mengingat risiko yang masih ada dan cukup besar saat ini, investor tanah air nampaknya sedikit mengubah pola investasinya menjadi trading. Saham-saham blue chips, yang secara teknikal maupun fundamental sempat menguat pasca Covid, menjadikan pasar sedikit jenuh dan melempem. Ditambah lagi sentimen dari dalam maupun luar yang kurang mendukung.

Hendri melanjutkan, investor mulai menanamkan mindset ke pola investasi jangka pendek dengan volume transaksi yang relatif kecil karena ogah menyimpan dananya lama-lama di bursa. Hal ini terlihat dari transaksi bursa yang relatif kecil saat ini jika dibandingkan tahun lalu.

“Saham-saham lapis bawah nampaknya memenuhi target investasi jangka pendek bagi investor, volatilitas cukup tinggi memenuhi syarat trading jangka pendek,” terang Hendri saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/5).

Baca Juga: Sejumlah saham blue chips tertekan saat IHSG melorot, ini pemicunya

Editor: Wahyu T.Rahmawati