Harta para Taipan China Tergerus Setelah Xi Jinping Berkuasa untuk Periode Ketiga



KONTAN.CO.ID -  SHANGHAI. Terpilihnya Xi Jinping jadi Pemimpin Partai Komunis China (PKC) untuk periode ketiga telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.

Para taipan China tercatat kehilangan US$ 9 miliar atau setara Rp 140,4 triliun (kurs Rp 15.600) dalam aksi jual di pasar setelah Xi terpilih kembali memimpin China.

Founder dan Kepala Eksekutif Tencent Holdings Pony Ma serta Chairman dan Pendiri Perusahaan Raksasa Air Minum Kemasan Nongfu Spring dan orang terkaya lainnya di China masing-masing kehilangan kekayaan lebih dari US$ 2 miliar pada perdagangan Senin (24/10) kemarin. 


Saham perusahaan mereka jatuh setelah perombakan kepemimpinan di tubuh Partai Komunis China menurut indeks miliarder Bloomberg.

Baca Juga: 6 Miliarder Dunia Ini Tidak Akan Mewariskan Harta kepada Anaknya

Namun Jack Ma pendiri Alibaba Group Holding dan Robin Li dari Baidu serta Richard Liu dari JD.com termasuk pihak yang beruntung karena listing utama perusahaan mereka berada di Amerika Serikat (AS).

Langkah Xi untuk menempatkan sekutu terdekatnya di puncak jajaran kepemimpinan meningkatkan kekhawatiran bahwa tindakan keras China terhadap kekayaan dan bisnis swasta akan terus berlanjut.

Indeks yang melacak saham negara yang terdaftar di Hong Kong merosot lebih dari setelah Kongres Partai Komunis mana pun sejak indeks dimulai pada tahun 1994.

Asing menjual rekor jumlah saham melalui tautan perdagangan di kota, sementara renminbi melemah ke level terendah sejak Januari 2008. "Kemerosotan hari ini mencerminkan sentimen investor yang rapuh," kata Kenny Wen, kepala strategi investasi di KGI Asia di Hong Kong. 

Baca Juga: Para Miliarder Ini Memilih Menyumbangkan Sebagian Besar Kekayaannya Saat Meninggal

"Orang-orang hanya mencoba bertahan dan mencari lebih banyak implikasi bagi ekonomi China setelah perombakan."

Bahkan sebelum kemerosotan pada hari Senin, orang-orang terkaya China berada di jalur untuk tahun terburuk mereka dalam satu dekade karena kebijakan ketat Xi terhadap Covid-19 berdampak pada perekonomian. 

Editor: Noverius Laoli