IHSG akan tetap di kisaran 6.000-6.100, investor bisa apa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA Apa pun yang terjadi, beberapa bulan terakhir ini IHSG tidak lepas dari kisaran 6.000 dan 6.100. Saham-saham yang menjadi pendorong IHSG pun bukan saham blue chip yang biasanya jadi andalan. Apa saja yang membuat saham-saham kecil ini melejit tinggi? Apa sebaiknya yang dilakukan para investor?

Berikut ini analisis dari Roy Sembel Profesor for Finance and Investment di IPMI International Business School

Kalau kita melihat IHSG sekarang ini pergerakannya sepertinya di situ-situ saja. Apa saja yang menjadi penyebab fenomena ini?


Jadi kalau kita lihat ini ketidakpastian Covid-nya yang penting juga. Karena up and down up and down, tadinya sudah optimis pesimis lagi. Tadinya mau recover tahu-tahu ada gelombang keduanya. Itu masih berbekas di investor yang jangka panjangnya. Jadi kita mulai melihat bagaimana ini. Mulai menghitung ulang dalam jangka panjangnya dampak jangka panjang dari covid ini seperti apa sebenarnya.

Di tengah bertambahnya ketidakpastian, tentu cost of capital-nya ada premi risikonya bertambah. Itu yang menyebabkan valuasinya tertekan ya.

Karena akan ada banyak perubahan dari segi cara berbisnisnya, frekuensi bisnisnya juga, kemudian transaksi yang akan terjadi. Seperti itu akan dihitung ulang, untuk perusahaan-perusahaan yang besar. Karena perusahaan-perusahaan yang besar yang blue chip-nya ini menunjukkan jangka panjang dan sedang berbenah. Sedang mulai transformasi dari cara berbisnis lama ke cara berbisnis baru. Tapi dalam prosesnya pasti kan ada masa belajarnya dan masa transisinya. Itu akan makan value-nya dari yang lama. Yang tadinya value lamanya itu sekian, tapi begitu dari situasi yang baru kan mulainya dari agak bawah sedikit. 

Ketidakpastian bertambah lagi. Di tengah bertambahnya ketidakpastian, tentu cost of capital-nya ada premi risikonya bertambah. Itu yang menyebabkan valuasinya tertekan ya.

Sementara kalau saham-saham kecilnya itu kebanyakan kan ritel investor kan. Ritel investor itu berpikirnya jangka pendek. Makanya banyak yang mondar-mandir, up and down, up and down, cenderungnya begitu. Itu jadi kita ada dari sisi behavioral economic-nya jalan ya. Investor jangka panjang jadi lebih hati-hati, sementara investor jangka pendek jadi agresif.

 Dia masuknya karena ada rekomendasi teman, begitu masuk langsung masuk semua. Jadi seolah-olah ini bakal jadi bagus.

Editor: Djumyati P.