KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) merosot 1,11% atau terpangkas 80,65 poin ke level 7.186,04 saat penutupan perdagangan Selasa (21/5). Sebelum libur panjang, IHSG diperkirakan rawan melanjutkan koreksi dengan support di angka 7.137 dan resistance di level 7.234 pada Rabu (22/5). Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyampaikan, adanya pelemahan signifikan pada IHSG terbebani oleh sektor keuangan (IDX Financials) dan sektor siklus (IDX Cyclicals). "Meskipun IHSG telah menutup gap, namun kami perkirakan masih rawan melanjutkan koreksinya dengan support 7.137 dan resist 7.234," kata Herditya kepada Kontan, Selasa (21/5).
Baca Juga: IHSG Melemah 1,11% ke 7.186 Pada Selasa (21/5), PTBA, ACES, ANTM Jadi Top Losers LQ45 Dalam analisanya, dirinya menyebut sentimen ke depan akan tertuju pada hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) dalam menetapkan BI rate. Selain itu, investor juga tengah menantikan akan Federal Open Market Committee (FOMC) minutes. Relatif sama, Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menjelaskan, investor tengah menantikan hasil RDG BI yang diproyeksikan berada di angka 6,25%. “Sentimen secara global, belum banyak memberikan
high market impact ya,” kata Nafan kepada Kontan, Selasa (21/5). Meski demikian, menurutnya, pelaku pasar masih senantiasa mencermati dinamika The Fed. Selain itu, pelaku pasar juga mencermati Manufacturing Purchasing Managers' Index (PMI) dari negara-negara perekonomian maju.
Baca Juga: Menilik Potensi Aksi Private Placement Sejumlah Emiten Selanjutnya, berdasarkan rilis riset tim analis NH Korindo, disebutkan bahwa para investor tengah mempertimbangkan komentar
hawkish dari para pejabat the Fed terkait penanganan Inflasi Amerika Serikat (AS) dan waktu penurunan suku bunga. Menyusul adanya sedikit penguatan pada dollar Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah mata uang dunia. Selain itu terdapat peningkatan tipis pada imbal hasil US Treasury setelah pejabat the Fed menyatakan ketidakpastian mengenai waktu penurunan suku bunga.
Editor: Noverius Laoli