KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas melonjak naik ke level tertingginya dalam hampir satu dekade.
Rebound dari ekonomi terbesar dunia yang memicu permintaan logam, makanan, dan energi. Secara year to date sampai 5 Mei 2021, merujuk
Bloomberg bahwa komoditas yang paling tinggi kenaikannya adalah minyak kedelai dengan 51,3% di tahun ini. Selain itu ada tembaga yang naik 28,1%, nikel 5,8%, minyak mentah 29,3%, dan emas yang turun sebanyak 5,7%.
Baca Juga: Dikelilingi sentimen eksternal, simak rekomendasi saham untuk Jumat (7/5) Menurut Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, baik itu di Amerika, Eropa, maupun Inggris membuat harga-harga kembali naik. Seperti Inggris dan Eropa yang akan membuka pelonggarannya. Selain itu, Ibrahim melihat bahwa di Amerika musim panas kemungkinan sudah dibuka, vaksinasi yang sudah dilakukan positif bagi masyarakat, sehingga perekonomian membaik, di sisi lain, dengan membaiknya perekonomian bank sentral global akan mengurangi pembelian obligasi.
“Stimulus gencar, tapi dengan ekonomi, pembelian obligasi akan berkurang, kemungkinan besar tahun 2022, bank sentral global akan menaikkan suku bunga, ini mengindikasikan pertumbuhan ekonomi akan membaik,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (6/5). Secara fundamental Founder Traderindo.com Wahyu Laksono juga melihat bahwa tsunami cash dari stimulus menjadi penyebab naiknya komoditas saat ini. Yang terjadi saat ini juga menurutnya buah dari banyak faktor yang berbulan-bulan sebelum ini, seperti tren major komoditas, isu pilpres, dan
reflationary trade. Dengan adanya tanda-tanda membaiknya ekonomi, menurut Ibrahim hal tersebut dimanfaatkan komoditas untuk mengalami kenaikan. Ia mencontohkan kenaikan pada minyak sawit atau CPO yang terus menanjak, bahkan di hari ini menembus level tertinggi dalam 10 tahun yang mana mencapai RM 4.210 per ton untuk kontrak Juli.
Editor: Yudho Winarto