Indonesia mengalami resesi ekonomi terburuk sejak krisis tahun 1998



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 memukul telak perekonomian negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan ekonomi negara kita berada di zona negatif.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia tahun lalu berkontraksi atau minus 2,07% year on year (yoy), sekaligus membawa resesi ekonomi pertama kali sejak tahun 1998. Tahun 1998, ekonomi Indonesia -13,16% yoy akibat krisis moneter.

"Pandemi ini betul-betul membawa kontraksi yang sangat buruk," kata Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers, Jumat (5/2).


Data BPS menunjukkan, hampir semua kelompok pengeluaran pembentuk produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi. Sumber kontraksi terdalam dari pembentukan modal tetap bruto atau investasi yang -4,95%.

Baca Juga: BPS ungkap faktor penekan utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020

Sepanjang tahun lalu, komponen investasi turun hingga 4,95% yoy. Penurunan investasi bisa terlihat pada penjualan semen domestik yang merosot hingga 10,38% yoy.

Tak hanya itu, volume penjualan kendaraan untuk barang modal menukik tajam 41,83% yoy. Lalu, nilai impor barang-barang modal melorot sejauh 16,73% yoy.

Menyusul investasi, konsumsi rumah tangga -2,63%. Pendorong kontraksinya adalah daya beli masyarakat yang masih rendah.

Sebab, penjualan eceran tercatat turun 12,03% yoy, impor barang konsumsi melorot 10,93% yoy, serta penjualan wholesale mobil penumpang dan sepeda motor anjlok masing-masing sebesar 50,49% yoy dan 43,54% yoy.

Demikian juga dengan kinerja ekspor yang turun 7,70% yoy. Adapun impor di sepanjang 2020 turun lebih dalam, mencapai 14,71% yoy.

Baca Juga: Cermati strategi pemerintahan Jokowi untuk dorong pertumbuhan ekonomi tahun 2021

Satu-satunya yang tumbuh positif dari sisi pengeluaran adalah konsumsi pemerintah. Data BPS memperlihatkan, konsumsi pemerintah tahun lalu tumbuh 1,94% yoy, meski melambat dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya 3,26% yoy.

"Perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah disebabkan perlambatan pertumbuhan belanja pegawai pada tahun 2020 yang tumbuh 1,18% yoy, lebih rendah dibanding tahun 2019 yang tumbuh 8,49% yoy," jelas Suhariyanto.

Tahun lalu, pemerintah memang melakukan realokasi anggaran dan refocusing kegiatan pada belanja kementerian dan lembaga (K/L). Langkah ini untuk mendukung kebijakan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN).

Penanganan dampak pandemi melalui Program PC-PEN mencakup berbagai sektor, yaitu kesehatan, perlindungan sosial, sektoral K/L dan pemerintah daerah, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM,) pembiayaan korporasi, serta insentif usaha.

Hingga akhir tahun lalu, realisasi anggaran PC-PEN total sebesar Rp 579 triliun. Tetapi, angka itu hanya 83,4% dari seluruh alokasi anggaran program tersebut mencapai Rp 695,2 triliun.

Editor: Noverius Laoli