Inflasi adalah Kenaikan Harga Barang dan Jasa: Ini Contoh dan Penyebab Inflasi



KONTAN.CO.ID - Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum serta terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Jadi, jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan.

Dirangkum dari laman Badan Pusat Statistik (BPS), kenaikan harga barang dan jasa tersebut menyebabkan penurunan nilai uang. Sehingga, bisa diartikan juga inflasi adalah penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

Namun, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.


Lantas, bagaimana cara menghitung inflasi? 

Baca Juga: 3 Investasi Terbaik saat Inflasi, Apa Saja?

Cara menghitung inflasi 

Perhitungan inflasi dilakukan oleh BPS melalui Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi.

IHK adalah indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan the Classification of Individual Consumption by Purpose (COICOP), IHK dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok pengeluaran, yaitu:

  1. Bahan Makanan
  2. Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
  3. Perumahan
  4. Sandang
  5. Kesehatan
  6. Pendidikan dan Olahraga
  7. Transportasi dan Komunikasi
Data pengelompokan tersebut didapatkan melalui Survei Biaya Hidup (SBH). 

Sementara kebalikan dari inflasi adalah deflasi. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus.

Baca Juga: Naik Per 10 Juli 2022: Daftar Harga Gas Elpiji 5,5 Kg dan 12 Kg di Seluruh Indonesia

Contoh inflasi

Berikut adalah contoh inflasi yang menimpa beberapa negara di dunia: 

1. Inflasi Venezuela 

Venezuela mengalami masalah hiperinflasi selama empat tahun belakangan. Secara tahunan, Venezuela mengalami inflasi sebesar 686,4% pada 2021. 

Dikutip dari laman Batimes.com.ar (20/1/2022), hiperinflasi di Venezuela pun membuat negara tersebut melakukan redenominasi mata uangnya dengan membuang enam nol dari mata uang Bolivar akibat tak ada harganya sama sekali.

Pada 2018, pemerintah Presiden Nicolas Maduro juga menghapus lima nol dari mata uang, menyusul kenaikan harga yang tinggi. 

Baca Juga: Harga Emas Spot Bergerak Datar di US$ 1.742 Per Ons Troi di Pagi Ini (11/7)

2. Inflasi Sri Lanka

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada parlemen Selasa (5/7/2022), Sri Lanka sudah menjadi negara bangkrut. 

Melansir Channel News Asia, negara kepulauan yang berpenduduk 22 juta orang itu telah mengalami inflasi selama berbulan-bulan dan pemadaman listrik yang berkepanjangan setelah pemerintah kehabisan mata uang asing untuk mengimpor barang-barang vital.

Pada Juni, tingkat inflasi Sri Lanka mencapai 54,6% karena negara Samudra Hindia itu memerangi krisis ekonomi terburuknya dalam beberapa dasawarsa.

Baca Juga: Harga Minyak Acuan Fluktuatif, Brent Naik, WTI Turun Tipis di Pagi Ini (11/7)