Inggris cemaskan situasi global yang lebih berbahaya sejak Perang Dingin



KONTAN.CO.ID - LONDON. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan, Inggris akan meningkatkan anggaran pertahanannya mencapai 2,2% dari PDB negara itu, terbesar dari negara lain di Uni Eropa. Johnson memperingatkan, situasi global sekarang lebih berbahaya sejak Perang Dingin.

"Keamanan nasional kita dalam waktu 20 tahun mendatang akan bergantung pada keputusan yang kita ambil hari ini. Situasi internasional sekarang lebih berbahaya, kompetitif dan semakin intensif daripada kapan pun sejak Perang Dingin," jelas Johnson seperti yang dikutip Express.co.uk.

Melansir Reuters, Johnson mengatakan pengeluaran ekstra mencerminkan kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan militer bahkan ketika pandemi Covid-19 melanda ekonomi dan membebani keuangan publik. Dia menguraikan rencana untuk komando luar angkasa baru, sebuah badan intelijen buatan dan mengatakan angkatan laut akan dipulihkan sebagai militer yang paling kuat di Eropa.


Menguraikan kesimpulan pertama dari tinjauan besar kebijakan luar negeri dan pertahanan, ia mengumumkan tambahan 16,5 miliar pound atau setara US$ 22 miliar untuk militer selama empat tahun ke depan. Anggaran pertahanan sekarang hanya di bawah 42 miliar pound setahun.

Baca Juga: Inggris jadi negara ke-5 dunia dengan angka kematian Covid-19 tembus 50.000

“Era pemotongan anggaran pertahanan kita harus berakhir, dan itu berakhir sekarang,” kata Johnson kepada parlemen melalui tautan video dari kantornya di Downing Street, di mana dia mengisolasi setelah kontak dengan seseorang yang dinyatakan positif Covid-19.

Dia menambahkan, "Saya telah melakukan ini di tengah wabah, di tengah setiap permintaan lain atas sumber daya kami, karena pertahanan wilayah dan keselamatan rakyat Inggris harus diutamakan."

Peran baru global

Inggris adalah sekutu utama Amerika Serikat di medan perang di Irak dan Afghanistan serta bersama Prancis, kekuatan militer utama di Uni Eropa. Tetapi referendum 2016 untuk meninggalkan UE telah membuat peran global Inggris menjadi tidak pasti pada saat China sedang bangkit. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah meragukan dukungan AS untuk sekutunya tersebut.

Baca Juga: Inggris bakal larang iklan online yang promosikan junk food, ada apa?

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie