KONTAN.CO.ID -Jakarta. Beberapa pasangan mendambakan memiliki anak kembar karena dianggap lebih lucu. Lalu, bagaimana cara hamil anak kembar? Menurut beberapa penelitian, kelahiran anak kembar meningkat sekitar 78 persen sejak 1980. Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang terlibat. Faktor-faktor ini dapat Anda pertimbangkan jika ingin hamil anak kembar.
1. Genetika
Anda mungkin pernah mendengar bahwa anak kembar diturunkan oleh keluarga. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah. Peluang Anda untuk memiliki anak kembar jika ada riwayat kehamilan kembar dalam keluarga Anda, terutama dari pihak ibu.
Dikutip dari Healthline, salah satu alasannya mungkin hiperovulasi. Hiperovulasi merupakan situasi di mana tubuh melepaskan dua atau lebih sel telur selama ovulasi. Hiperovulasi sendiri dapat diturunkan dalam DNA Anda. Baca juga:
Katalog promo Tupperware Oktober 2020, kotak makan, botol minum dll harga murah 2. Usia
Usia juga diketahui dapat meningkatkan kemungkinan hamil anak kembar. Dikutip dari Verywell Family, wanita berusia di atas 30 tahun lebih cenderung mengandung anak kembar. Hal ini terkait dengan kadar hormon perangsang folikel (FSH). FSH bertanggung jawab atas perkembangan sel telur di dalam ovarium sebelum dilepaskan. Hormon ini biasanya meningkat seiring bertambahnya usia. Perubahan hormon yang terjadi saat Anda mendekati menopause dapat mendorong tubuh melepaskan lebih dari satu sel telur selama ovulasi. Jika dua atau lebih sel telur berhasil dibuahi, Anda mungkin perlu mempersiapkan dua kebutuhan bayi sekaligus.
3. Tinggi badan
Wanita yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata tampaknya cenderung lebih mudah untuk memiliki anak kembar. Ini mungkin terdengar agak aneh, tetapi para peneliti menguji peran faktor pertumbuhan dengan kemungkinan hamil kembar. Sebuah studi tahun 2006 menemukan bahwa angka kembar lebih tinggi pada wanita yang memiliki tinggi rata-rata 164,8 cm. Alasan mengapa hal ini terjadi masih belum terlalu jelas. Tapi, salah satu teori menyebut bahwa faktor nutrisi yang lebih baik mungkin berpengaruh.
Editor: Adi Wikanto