Ini Bank-Bank yang Raup Pendapatan Terbesar dari Layanan BI-Fast



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat potensi penurunan biaya tranfer BI-Fast semakin besar sejalan dengan peningkatan transaksi yang terus meningkat pesat hingga saat ini.  Skema harga BI-Fast yang ditetapkan BI saat ini adalah maksimal Rp 2.500. Dari implementasi itu, BI mengutip Rp 19 per transaksi dan Rp 2.481 menjadi pendapatan bank sebagai issuer/pengirim.

Kepala Departemen Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan, kebijakan biaya tersebut akan dievaluasi secara berkala berdasarkan jumlah transaksi yang diproses BI-Fast.

Sejak awal implementasi hingga saat ini, transaksi BI-Fast terus tumbuh. Berdasarkan data BI, total transaksi BI-Fast hingga Juli 2022 telah mencapai 181 juta.


Khusus di bulan Juli saja, kata dia, transaksinya mencapai 51,5 juta atau tumbuh 25% dari bulan sebelumnya.  Transaksi semakin melesat hingga bulan berikutnya. Per 24 Agustus, transaksi BI-Fast sudah mencapai Rp 224,8 juta transaksi dengan nilai nominal Rp 810,4 triliun.

"Semakin tingginya pertumbuhan transaksi BI-Fast maka akan memberikan potensi yang lebih besar untuk penurunan tarif. Sehingga batas penurunan tarif akan sangat bergantung pada seberapa banyak transaksi dan tentunya dengan tetap memperhatikan keberlangsungan industri," kata Filianingsih pada Kontan.co.id, Jumat (9/9).

Baca Juga: Potensi Penurunan Biaya Transfer BI-Fast Semakin Besar

Filianingsih mengatakan, pertumbuhan transaksi ini didukung dengan pembukaan layanan BI-Fast pada kanal-kanal utama, khususnya mobile banking. Hingga saat ini, terdapat 77 peserta BI-Fast yang telah mewakili 85% dari pangsa sistem pembayaran ritel nasional.

Jika dikalikan dengan pendapatan issuer per transaksi sebesar Rp 2.481 maka total pendapatan perbankan dari BI-Fast sudah mencapai Rp 557,7 miliar hingga 24 Agustus 2022.

Meskipun skema harga belum berubah, ada bank yang sudah menggratiskan biaya transfer BI-Fast lewat mobile banking seperti Bank Permata. Bank ini tidak lagi mengenakan biaya BI-Fast tanpa syarat yang ditransaksikan lewat PermataMobile X. Perseroan juga menggratiskan biaya transfer online, LLG dan RTGS.

Djumariah Tenteram, Direktur Retail Banking Bank Permata mengatakan, keputusan menggratiskan semua biaya transfer tanpa syarat merupakan dukungan terhadap inisiatif BI dalam rangka mengoptimalisasi pembayaran digital nasional.

"Kami ingin memberikan keleluasaan kepada nasabah sehingga bisa bertransaksi lebih efisien sehingga diharapkan bisa mendukung bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melakukan aktivitas dengan berbagai macam transaksi," kata Djumariah.

Dengan layanan transfer gratis ini, Bank Permata mengharapkan jumlah nasabah perseroan ke depan bisa semakin mengalami peningkatan, terutama nasabah UMKM. Namun, ia tidak menyebutkan berapa potensi pendapatan fee yang akan berkurang dengan kebijakan gratis tersebut.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tidak punya rencana menggratiskan biaya tranfer BI-Fast hingga saat ini karena perseroan juga telah beninvestasi membangun infrastruktur untuk bisa terhubung ke sistem pembayaran BI-Fast. Selain untuk investasi awal, bank juga masih harus mengeluarkan biaya  perawatan untuk menjaga dan memastikan infrastruktur tersebut berjalan dengan baik dan aman.

Direktur BCA Haryanto Tiara Budiman mengatakan, saat ini mengikuti aturan BI. Namun, bila BI mengatur untuk menurunkan biaya BI-Fast dari level yang ada saat ini maka BCA akan akan mengikuti aturan yang berlaku itu.

BCA salah satu bank yang mencatatkan kenaikan pesat transaksi BI-Fast.  Santoso Liem Direktur BCA mengungkapkan, hingga Juni 2022, BCA telah memproses 67 juta transaksi BI-Fast dengan nilai Rp 271 triliun. Jika dikalikan dengan pendapatan bank sebesar Rp 2.481 per transaksi maka pendapatan fee yang diraup BCA dari transaksi BI-Fast sepanjang semester I telah mencapai sekitar Rp 166,2 miliar.

Namun, saat ditanya soal investasi yang digelontorkan BCA untuk membangun connector untuk terhubung ke infratruktur BI-Fast, Santoso tidak memberikan jawaban.  Ia hanya mengatakan, biaya connector sudah masuk dalam biaya pengembangan dan pemeliharaan sistem yang dicadangkan BCA setiap tahunnya.

Bank Mandiri juga menorehkan kenaikan pesat transaksi BI-Fast.  Hingga Agustus 2022, transaksinya sudah sudah di atas 140 Juta transaksi dengan nilai transaksi lebih dari Rp 400 triliun. Jika dikalikan pendapatan fee bank issuer per transaksi sebesar Rp 2.481 maka pendapatan Bank Mandiri dari BI-Fast sudah lebih dari Rp 347,3 miliar sepanjang delapan bulan pertama tahun ini.

SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengatakan, pihaknya siap mengikuti kebijakan BI terkait BI-Fast. "Terkait biaya transaksi, Bank Mandiri akan mengikuti dan mendukung  setiap ketentuan yang ditetapkan oleh BI," ujarnya.

Namun, ia menegaskan bahwa Bank Mandiri telah melakukan investasi membangun infrastruktur untuk terhubung ke sistem pembayaran BI-Fast. Itu merupakan bagian dari investasi jangka panjang Bank Mandiri dalam mendukung program yang diinisiasi BI tersebut.

Thomas berharap fitur transfer BI Fast bisa menjadi pilihan utama bagi nasabah perseroan dalam melakukan transfer antar bank melalui channel Bank Mandiri, sehingga di akhir tahun sudah jadi metode transfer antar bank yang dominan di Bank Mandiri.

Baca Juga: BCA Tak Ada Rencana Gratiskan Biaya Transfer BI-Fast, Ini Alasannya

Editor: Khomarul Hidayat