KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi corona yang terus meningkat dan belum diketahui berakhir kapan membuat, seluruh Kementerian di Indonesia mengambil langkah kebijakan. Salah satunya, melakukan penghematan anggaran. Seperti Kementerian Pertanian (Kementan) yang melakukan penghematan sebesar Rp 802 miliar, dalam menghadapi wabah Covid - 19. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita mengatakan hal tersebut mengacu pada rambu-rambu penghematan, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Baca Juga: Permintaan turun akibat corona, inflasi Ramadan tahun ini terendah sejak 2004 Pemotongan anggaran meliputi belanja perjalanan dinas, pertemuan-pertemuan dan belanja barang lainnya secara proporsional untuk mendukung prioritas kegiatan dan penanganan Covid-19. "Penghematan ini meningkat dari pagu semula Rp 2,022 triliun menjadi Rp 1,21 triliun. Dukungan prioritas diantaranya untuk memfasilitasi bantuan sapi, kambing, domba, ayam dan babi kepada kelompok masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia," ucap Ketut dalam keterangannya, Senin (4/5). Di sisi lain, sempat muncul pertanyaan mengenai Pengadaan Ayam Rp 770 ribu per ekor. Ketut menjelaskan anggaran ayam lokal sebanyak 35.000 ekor tersebut bernilai Rp 26,96 miliar. Menurut dia, anggaran tersebut terdiri dari beberapa kegiatan lain. Komponen kegiatan tersebut diantaranya, Pengadaan ayam lokal sebanyak 35.000 ekor senilai Rp 2,02 miliar, Hibah ayam produksi dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahun 2020 senilai Rp 3,96 miliar, Penyelesaian sisa kontrak pekerjaan Program Bekerja Tahun 2019 senilai Rp 20,98 miliar di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. "Jadi penetapan harga ayam lokal tidak serta merta sebesar Rp 770 ribu per ekor, tetapi sesungguhnya anggaran itu terdiri dari beberapa unsur lainnya yang masuk dalam penganggaran selama menghadapi masa Covid - 19," imbuhnya.
Baca Juga: BPS catat inflasi April sebesar 0,08% Sementara itu, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori mengatakan keputusan yang diambil oleh Kementan adalah langkah kongkrit, terutama melihat kondisi pandemi yang belum bisa dipastikan kapan berakhirnya. "Oleh karena itu, perlu dibuat skenario termasuk yang paling buruk. Hari ini belum ada masalah serius dalam proses produksi pangan. Kapasitas produksi pangan
daei awal tahun 2020 hingga Bulan Mei-Juni mungkin tidak banyak mengalami perubahan. Tetapi kita tidak tahu setelah itu," katanya.
Khudori menerangkan, tantangan serius yang akan dihadapi terkait kebutuhan pangan pokok dan strategis bisa dilihat saat paceklik atau diperkirakan sekitar Oktober hingga Februari 2021. Apabila proses produksi terganggu karena desa - desa yang menjadi basis produksi aneka pangan terkena Covid, maka akan berdampak berdampak besar terhadap masyarakat.
Baca Juga: Danareksa Research Institute perkirakan inflasi April 2020 sebesar 0,16% "Berharap impor juga akan mengalami kesulitan karena negara-negara eksportir lebih memprioritaskan kebutuhan domestik, atau bahkan terkendala karantina dan pembatasan lain," paparnya.
Editor: Tendi Mahadi