KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku bisnis kedai kopi dihadapkan pada kondisi bisnis yang semakin menantang. Di tengah pagebluk Covid-19 yang belum kunjung usai, peritel minuman kopi harus berhadapan dengan permintaan pasar yang masih rendah. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo), Eddy Sutanto memperkirakan, saat ini pasar peritel minuman kopi secara umum hanya berkisar 20% dari angka normal. Penyebabnya beragam, mulai dari psikologi pasar yang masih takut-takut untuk mengonsumsi kopi secara langsung di kedai kopi hingga adanya pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali. Seiring dengan permintaan lesu, penutupan gerai-gerai kedai kopi, baik yang permanen ataupun bersifat sementara, menjadi pilihan yang banyak diambil oleh para peritel minuman kopi. “(Jumlah) persisnya belum tahu, tapi cukup banyak, ada yang permanen juga,” ujar Eddy kepada Kontan.co.id, Senin (18/1).
Ini penyebab bisnis kedai kopi masih lesu
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku bisnis kedai kopi dihadapkan pada kondisi bisnis yang semakin menantang. Di tengah pagebluk Covid-19 yang belum kunjung usai, peritel minuman kopi harus berhadapan dengan permintaan pasar yang masih rendah. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo), Eddy Sutanto memperkirakan, saat ini pasar peritel minuman kopi secara umum hanya berkisar 20% dari angka normal. Penyebabnya beragam, mulai dari psikologi pasar yang masih takut-takut untuk mengonsumsi kopi secara langsung di kedai kopi hingga adanya pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali. Seiring dengan permintaan lesu, penutupan gerai-gerai kedai kopi, baik yang permanen ataupun bersifat sementara, menjadi pilihan yang banyak diambil oleh para peritel minuman kopi. “(Jumlah) persisnya belum tahu, tapi cukup banyak, ada yang permanen juga,” ujar Eddy kepada Kontan.co.id, Senin (18/1).