Insurtech getol menggaet mitra untuk genjot pemasaran asuransi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 membuat kesadaran masyarakat tentang kesehatan meningkat, termasuk kebutuhan akan asuransi. Hal ini menjadi kesempatan perusahaan insurtech menggaet lebih banyak pelanggan baru.

Guna merealisasi itu, sejumlah insurtech menggandeng mitra untuk memperluas pemasaran tahun ini. Misalnya saja, Qoala kan bekerja sama dengan banyak platform seperti Traveloka, Tokopedia, OVO dan JD.ID untuk memberikan pelayanan asuransi secara digital. 

"Kami juga lebih fokus dalam pengembangan teknologi dan produk terkait asuransi kesehatan dan jiwa produk-produk ini berperan sangat penting kepada masyarakat selama pandemi," kata Co-Founder sekaligus COO Qoala Tommy Martin, pekan lalu. 


Baca Juga: Asuransi Sinar Mas catat estimasi awal total kerugian gempa Sulbar Rp 3,2 miliar

Sementara itu, Qoala sudah menggandeng lebih dari 30 perusahaan asuransi dalam menyediakan produk asuransi yang beragam. Dengan begitu, perusahaan bisa membantu lebih dari 10 mitra Qoala Plus untuk mendapatkan penghasilan tambahan. 

Tak berbeda jauh, PasarPolis juga akan berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti pemerintah, asosiasi, hingga pelaku industri baik di Indonesia maupun Asia Tenggara untuk meningkatkan permintaan asuransi di tahun ini. 

Bahkan, PasarPolis mencatatkan kinerja positif selama pandemi. CEO dan Founder PasarPolis, Cleosent Randing mengatakan, perusahaan mendapatkan empat juta pelanggan baru hanya di bulan Juni 2020 lalu. Bahkan baru-baru ini juga mencatat sekitar 70 juta polis yang dikeluarkan setiap bulannya. 

Peningkatan itu berkat pemanfaatan teknologi, sehingga menciptakan inklusi dan affordability (keterjangkauan) asuransi. Kehadiran teknologi kecerdasan buatan ini memungkinkan produk bisa diakses dan dijangkau dengan mudah serta proses klaim jadi lebih instan. 

Baca Juga: Ada dugaan penggelapan dana AJB Bumiputera, begini kata pemegang polis

"Lewat keunggulan ini, insurtech mampu menjawab tiga masalah utama yang menghambat industri asuransi, yaitu akses yang rumit, proses klaim yang ribet, dan premi yang tidak terjangkau,” ungkap Cleosent. 

Editor: Tendi Mahadi